Tol Makassar Macet Gara-gara 'Unik', Ini Kata Ombudsman
Antrean puluhan mobil memanjang sebelum loket pembayaran dari arah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Hampir dua pekan, kemacetan panjang di gerbang tol (toll gate) di ruas Jalan Tol Sesi Empat (JTSE) dan Tol Reformasi di Makassar, tak lagi selancar sebelumnya.
Dari pantauan Tribun, Kamis (26/10/2017) malam pukul 19.00 hingga 20.00 wita, kemacetan panjang terjadi di Gerbang Tol Parangloe, tak jauh dari Kompleks Pergudangan Parangloe, Biringkanaya dan Tamalanrea.
Antrean puluhan mobil memanjang sekitar 600 meter, sebelum loket pembayaran dari arah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Jalur kemacetan terjadi di 3 dari 4 gerbang tol. Kendaraan melaju 0,1 km/ jam. Lambat dan membosankan.
Kenapa? Ada apa?
“Ini karena banyak pengendara tak mau pakai dan beli uang elektronik, tapi maksa masuk di gerbang Unik (uang elektronik),” kata Saskia adelia, seorang gate keeper di Tol Parangloe, menjawab pertanyaan Tribun.
Fenomena ini terjadi sejak otoritas pengelola Jalan Tol Sesi Empat, memberlakukan ketentuan dari Bank Indonesia, untuk menggunakan UNIK sebagai alat transaksi di Toll Gate, sejak 16 Oktober 2017 lalu.
Namun, kenyataannya, masih banyak pengguna kendaraan yang enggan dan masih takut menggunakannya.
Dia membenarkan, Kemacetan di gerbang tol ini terjadi khususnya menjelang akhir pekan, Kamis, Jumat hingga Sabtu.
“Banyak pelat daerah, mobil daerah masuk belum punya unik,” kata petugas reseller kartu uang elektronik dari TapCash BNI.
Kemacetan juga terjadi di Minggu atau Senin malam, saat warga dari luar kota Makassar, khususnya dari jalur trans utara Sulsel, kembali ke daerahnya.
Menanggapi hal tersebut, Ombudsman RI Kantor Perwakilan Sulsel, Subhan belum lama ini telah menyampaikan pihak pengelola jal tol untuk menyediakan gerbang yang melayani pengguna uang tunai.
"Tidak semua pengguna paham itu. Sosialisasi yang mepet hanya berapa bulan saja, belum bisa jadi tolak ukur. Sehingga lebih baiknya bertahap dilakukan," katanya. (*)