Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Ini Penyebab Orang Indonesia Bertubuh Pendek

Secara fisik,orang Indonesia yang termasuk ras Mongoloid cenderung memiliki tubuh lebih pendek dari ras lainnya. Apakah ras memengaruhi kondisi fisik?

Editor: Sakinah Sudin
Yeovilexpress
Ilustrasi orang bertubuh pendek. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Mengapa Orang Indonesia Punya Tubuh Pendek? Hal ini mungkin jadi pertanyaan bagi sebagian orang-orang di Indonesia.

Pasalnya, secara fisik, orang Indonesia yang termasuk ras Mongoloid cenderung memiliki tubuh lebih pendek dari ras lainnya. Ras Kaukasoid, misalnya, dikenal dengan ciri fisik yang lebih besar.

Ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi.

Baca: Waduh, Pria Ngamuk Bubarkan Kebaktian Sambil Bawa Kampal, Palu, dan Linggis. Begini Kronologinya

Namun, benarkah demikian? Apakah ras memengaruhi kondisi fisik seseorang?

Peneliti Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pangan dan Pertanian Asian Tenggara Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN, mengatakan, ras tidak berpengaruh kepada pertumbuhan fisik manusia. Hal itu lebih dipengaruhi dengan asupan makanan dan minuman selama pertumbuhan anak.

Mengutip data dari Kementerian Kesehatan RI, Dodik berkata bahwa pada usia 0-6 bulan, pertumbuhan anak Indonesia setara dengan pertumbuhan anak ras Kaukasoid yang umumnya tersebar di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru.

Baca: PT Semen Tonasa Penyetor Pajak Tertinggi, Sudah Rp 100 Juta Lebih

Kondisi itu berlaku tak hanya bagi masyarakat Indonesia dengan pendapatan tinggi, masyarakat berpendapat rendah pun punya nilai pertumbuhan yang sama dari asupan ASI.

“Pada saat 0-6 bulan, saat anak Indonesia dengan ASI saja, maka pertumbuhannya sama dengan pertumbuhan anak bule, ras kaukasoid. ASI itu cukup dan genetiknya bagus,” kata Dodik dalam diskusi Mari Menjadi Ibu Melek Nutrisi Demi Wujudkan Generasi Emas 2045 di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (19/9/2017).

Lewat dari usia 6 bulan, pertumbuhan anak Indonesia menurun. Itu disebabkan oleh kualitas makan pendamping ASI (MPASI). Dodik bercerita, tak semua orang tua memahami MPASI. Terkadang MPASI diperlakukan sebagai makanan pengganti ASI.

Baca: Disdukcapil Parepare Target Akhir Oktober Semua Wajib Pilih Kantongi e-KTP

Selain itu, makanan yang diberikan berupa makanan olahan kemasan. Padahal, makanan seperti itu tak mencukupi kebutuhan gizi balita yang jauh lebih kompleks. Kebutuhan energi per kilogram berat badan anak usia 0-3 tahun tiga kali lebih besar dari seseorang yang berusia 21-50 tahun. Hal serupa juga berlaku terhadap kebutuhan protein.

“Ibu-ibu salah konsepsi. Misalnya MPASI pakai roti yang dijadikan bubur atau bubur makanan kemasan. Makanan dari rumah harus tetap ada. Jadi, gizi harus lengkap. Gizi itu diperlukan (dan) tidak bisa dirapel,” kata Dodik.

Baca: Ini Penyebab Tahanan Lapas Parepare Kabur

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved