Dimasuki Wartawan, Terungkap Fakta Mengejutkan di Krisis Rohingya, Coba Lihat Siapa Bakar Rumah
Mereka membuat foto-foto palsu agar terlihat seolah-olah kelompok Muslimlah yang melakukan pembakaran.
Tidak ada yang boleh meninggalkan kelompok atau mencoba bekerja secara mandiri.
Jam malam diberlakukan pada pukul 6 sore (18:00), jadi tidak boleh berkeliaran setelah gelap.
Baca: 6 Fakta Mengerikan Ashin Wirathu, Pembenci Rohingya dan Dalang Gerakan Anti-Islam di Myanmar
Kami boleh meminta untuk pergi ke tempat-tempat yang menarik perhatian kami; dalam praktiknya permintaan semacam itu ditolak dengan alasan keamanan.
Sejujurnya, saya yakin mereka benar-benar memperhatikan keselamatan kami.

Sebagian besar perjalanan di wilayah dataran rendah Myanmar ini dilakukan melalui labirin kali dan sungai di atas perahu-perahu yang penuh sesak.
Perjalanan dari Sittwe ke Buthidaung memakan waktu 6 jam.
Dari sana kami menempuh perjalanan selama 1 jam di jalur yang sulit menuju Bukit Mayu ke Maungdaw.
Saat kami menuju ke kota itu, kami melewati desa terbakar pertama yang kami lihat, Myo Thu Gyi.
Di sana bahkan pohon-pohon palem pun ikut hangus.
Tujuan pemerintah membawa kami adalah untuk menyeimbangkan narasi yang sangat negatif yang bersumber dari pengungsi Rohingya yang tiba di Bangladesh, yang hampir semua berbicara mengenai sebuah rencana penghancuran yang disengaja oleh militer Myanmar dan kelompok massa Rakhine, dan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan.
Tapi langkah ini segera goyah.
Pertama kami dibawa ke sekolah kecil di Maungdaw, yang penuh sesak dengan keluarga Hindu yang mengungsi. Mereka semua memiliki cerita yang sama untuk diceritakan yaitu serangan orang-orang Muslim, atau melarikan diri dari ketakutan.
Anehnya, orang-orang Hindu yang melarikan diri ke Bangladesh semuanya mengatakan bahwa mereka diserang oleh umat Buddha Rakhine setempat, karena mereka mirip orang Rohingya.
Di sekolah itu kami didampingi polisi bersenjata dan beberapa pejabat.