Jamaah Calon Haji Jeneponto Datang, Lokasi Depan Asrama Jadi Pasar Malam
JCH Jeneponto yang dikenal memiliki pengantar fanatik dari kampung berbaur dengan JCH dari Pangkep yang memiliki pengantar militan sepadan.
Mawardi Siradj
Pelaksana Humas Kanwil Kemenag Sulsel
Melaporkan dari Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Petugas dan Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji Embarkasi Debarkasi Haji Sudiang Makassar kewalahan menghadapi puluhan ribu pengantar jamaah calon haji (JCH) Jeneponto, Senin (21/8/2017).
Kedatangan JCH Kloter 30 mendadak membuat suasana Asrama Haji Sudiang berubah. JCH Jeneponto yang dikenal memiliki pengantar fanatik dari kampung berbaur dengan JCH dari Pangkep yang memiliki pengantar militan sepadan.
Stigma atau pesan adat dipegang oleh sebagian besar warga masyarakat di Jeneponto dimana, katanya, kalau sudah sekian kali mengantar calon jamaah haji, maka selanjutnya sang pengantar sudah bisa ikut menunaikan ibadah haji. Sebagian juga beranggapan bahwa mengantar dan menjemput calon jamaah haji itu “mabbarakka”, berlimpah berkah.
Itulah yang membuat masyarakat Jeneponto sangat antusias mengikuti anggota keluarganya yang akan berangkat ke Tanah Suci. Gairah atau semangat para pengantar ini sungguh sangat besar karena mereka baru akan beranjak pulang kalau pesawat yang mengangkut CJH sudah terbang dan hilang dari pandangan mata.
Kebiasaan masyarakat Jeneponto dan Pangkep itu membuat warga yang tinggal sekitar Asrama Haji "panen besar".
Selain karena para pengunjung kloter Jeneponto ini mendatangkan berkah dari dagangan yang laku keras, juga kediaman atau bagian dari rumah penduduk juga disewakan kepada para keluarga pengunjung yang angkanya melebihi Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta lebih per orang per hari.
Pemandangan serupa terus berulang dari tahun ke tahun. Boleh dikatakan, inilah kloter yang paling ditunggu-tunggu kedatangannya oleh masyarakat yang tinggal di sekitar Asrama Haji Sudiang.
Maka berubahlah lokasi tinggal masyarakat di luar asrama haji menjadi pasar malam dadakan, hal ini juga memicu kemacetan parah di jalan poros ke asrama haji.
Menurut Kakanwil Kemenag Prov Sulsel yang juga ketua PPIH Embarkasi Debarkasi Haji Makassar, Abd Wahid Thahir, yang juga sempat terjebak lama di tengah kemacetan menuju asrama haji, antusiasme masyarakat Jeneponto dikenal sangat besar dibandingkan kabupaten lainnya di Sulsel.
“Meski sudah dianjurkan oleh pemerintahnya dan panitia haji di daerah supaya pengantar hanya sampai di pelepasan tingkat kabupaten, akan tetapi stigma budaya berupa barakka' mengantar JCH masih lebih besar bahkan mengalahkan anjuran pemerintahnya sendiri,” ujar Kakanwil Kemenag Sulsel.
Hal ini tidak bisa juga dilarang atau dilawan, hanya memang di PPIH Embarkasi Debarkasi Haji Sudiang Makassar sudah memiliki aturan bahwa pengunjung tidak diperbolehkan masuk ke dalam lokasi asrama haji utamanya di wisma tempat JCH ditempatkan.
“Bukan berarti membatasi, akan tetapi, PPIH dalam hal ini tujuannya baik yaitu memberikan kesempatan kepada JCH untuk memanfaatkan waktu istirahat dan manasik sebaik-baiknya selama di asrama haji, agar kondisi JCH kita bisa fit dan prima saat akan diterbangkan ke tanah suci yang lamanya kurang lebih 10 jam,” jelas Kakanwil.
Dengan menyemutnya keluarga CJH di sekitar lokasi asrama haji, maka panitia haji khususnya petugas keamanan baik internal maupun dari aparat kepolisian dan TNI diharapkan bisa lebih meningkatkan frekuensi pengaman.
“Tentunya dengan cara persuasif, begitupun juga sekaligus mengimbau kepada mereka para pengunjung agar bisa memahami aturan yang sudah ditetapkan, ini semua demi kenyamanan beribadah calon jemaah haji kita, “ ujar Kakanwil.
Jamaah Kloter 30 ini rencananya akan diberangkatkan Selasa, 22 Agustus 2017, pukul 17.00 wita dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar langsung menuju Bandara King Abdul Aziz Jeddah.(*)