Pinrang Berduka
Begini Pesan Terakhir Andi Nawir Pasinringi kepada Azikin Solthan, 4 Jam Sebelum Meninggal
“Kak Nawir sempat bangun, duduk. Tapi baring lagi, karena sudah tak kuat.,” kata Azikin Solthan, menceritakan isyarat terakhir seniornya di RS Grestel
Penulis: Hery Syahrullah | Editor: Thamzil Thahir
MAKASSAR, TRIBUN–TIMUR.COM -- Anggota DPR-RI asal Pinrang, Andi Nawir Pasinringi (67 tahun) meninggal dunia, Jumat (4/8/2017) pukul 02.00 wita dini hari.
Baca: Innalillahi! Anggota DPR-RI asal Sulsel Andi Nawir Pasinringi Meninggal Dunia
Sekitar 4 jam sebelum menghebuskan nafas terakhir di ruang UGD VIP RS Grastelina, Jl Hertasning, Makassar, Bupati Pinrang dua periode (1999-2009) ini, masih sempat bertemu dan berbincang dengan sahabat sekaligus kolega dekatnya di Fraksi Partai Gerindra DPR-RI, Dr Azikin Solthan (64).
“Tiga jam saya duduk di sampingnya. Kak Nawir sudah sesak nafas. Kalau bicara lirih.
Dia hanya bilang, iyek-iyek,” ujar Azikin, yang juga dua periode menjabat Bupati Kepala Daerah di Bantaeng, sebelah selatan Makassar. (1998-2008).
Azikin bercerita, almarhum dilarikan ke rumah sakit, Rabu (2/8/2017) malam.

Baca: Gegara Lupa Paspor, Pep Guardiola Menanggung Malu
Azikin datang membesuk seniornya, Kamis (3/8/2017) pukul 21.30 wita, seusai salat Isya.
“Saya baru pulang sekitar jam 11 malam. Istri, semua anak, cucu dan kerabatnya sudah berkumpul sejak kemarin,” kata Azikin.
Saat Azikin datang, kondisi tubuh Andi Nawir sudah kian menurun.
Baca: Andi Nawir Pasinringi; Pemimpin yang Banyak Mengubah Pinrang
Di awal perbincangan, Azikin sempat membantu Nawir yang mencoba bangkit dan duduk di ranjang pemulihan.
“Kak Nawir sempat bangun, duduk. Tapi baring lagi, karena sudah tak kuat.,”
Azikin juga menceritakan, Andi Nawir selama dia kenal sejak dekade 1970-an termasuk pria yang selalu murah senyum, teman bicara yang baik, dan nyaris tak pernah dia dengar berbicara dengan nada suara tinggi.

Jika bicara, Nawir selalu menatap lawan bicaranya.
Bagi Azikin, itu sudah isyarat kuat akhir kehidupan seorang pria bangsawan Bugis. “Tapi tadi malam itu, dia bicara, dan selalu memalingkan muka. Ini tak biasa,” ujar Azikin, yang duduk di Komisi II DPR-RI.
Melihat kondisi kolega sekaligus seniornya, Azikin lalu berpesan. ‘Sebelum pulang saya sudah pesan anak almarhum, kalau ada apa-apa telepon saya.

Azikin baru tahu sahabat sekaligus kakak kelasnya di APDNUjungpandang (1977-1979) ini, meninggal dunia, usai menunaikan salat subuh di kediamannya, di Kompleks RSI Faisal, Rappocini, kawasan Pettarani.
“Misscall dan SMS sudah banyak. Saya telepon anaknya, sudah suara sirene ambulans. Jenazah sudah di Barru, perjalanan ke Pinrang,” ujar Azikin, yang pukul 7.30 wita sudah bersiap-siap ke rumah duka di Pinrang.
Azikin dan almarhum sama-sama birokrat senior di Sulsel. Kariernya hampir mirip.
Usai purnabakti, mereka jadi anggota parlemen republik dari partai yang sama, namun daerah pemilihan berbeda di Sulsel.
Azikin di Dapil I Sulsel, (7 kabupaten di selatan Makassar), sedangkan almarhum di Dapil Sulsel III (9 kabupaten di utara Makassar).

Baca: FOTO: Azikin Solthan Nilai Gerindra Punya Banyak Kader untuk Diusung di Pilgub Sulsel
Di DPR-RI mereka satu fraksi dan beda komisi. Almarhum di Komisi Pertanian-Perikanan dan Perkebunan (Komisi IV), sedangkan Azikin di Komisi II yang membidangi Pemerintahan Dalam Negeri & Otonomi Daerah, Aparatur & Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan & Reforma Agraria.
“Tapi di Kalibata (Kompleks perumahan anggota DPR-RI, kami bertetangga rumah,” ujar Azikin.
Dia mengenang, pertemuan terakhir mereka Jumat (28/7/2017) lalu di Jakarta. “Setelah rapat anggota fraksi Gerindra dengan Pak Prabowo, Kak Nawir ajak saya makan nasi Padang di Cilandak,” ujarnya.
Pertemuan usai Jumatan itu, tambah Azikin, almarhum sudah mulai mengeluh tentang penyakit yang menderanya. “Kin..! sakitka Dik! Saya sakit, selalu kambiuh gulaku.” ujar Azikin menirukan keluhan almarhum.
Tapi, meski beberapa bulan terakhir, Nawir kerap curhat tentang penyakitnya, sebagai yunior Azikin selalu memberi semangat. “Sepanjang kita bilang bukanji genetik itu (penyakit) gula-ta, Insyallah sembuh ji.”
Namun, Azikin tak menyangka semangat untuk bertahan dan terus mengabdi di parlemen di Hari Jumat lalu itu, ternyata menjadi bincang-bincang terlama mereka.” (zil)