Taman Purbakala Bantaeng, Saksi Bisu Sejarah La Tenri Ruwa dan Raja-raja di Butta Toa
Tempat ini sangat kental dengan nama mantan Raja Bone ke 11 yakni La Tenri Ruwa.
Penulis: Edi Hermawan | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan TribunBantaeng.com, Edi Hermawan
TRIBUNBANTAENG.COM, BANTAENG - Taman Purbakala Bantaeng, menjadi saksi sejarah keberadaan raja di daerah berjuluk Butta Toa.
Sejak tahun 1980, tempat yang berisi 204 makam itu dipugar menjadi cagar budaya.
Tempat ini sangat kental dengan nama mantan Raja Bone ke 11 yakni La Tenri Ruwa.
Semenjak dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, tempat itu disematkan nama Kompleks Makam La Tenri Ruwa.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunBantaeng.com, bekas Raja Bone tersebut diusir lalu pindah ke Bantaeng lantaran keputusannya mempelajari dan memeluk agama Islam.
Baca: Mahasiswi Unhas Asal Bantaeng Ini Jagokan PSM Menang 2-0 atas Arema
"Setelah diusir, beliau lalu memilih untuk tinggal di Bantaeng dan mengajarkan agama Islam," kata salah seorang pengelola makam, Sahrul, kepada TribunBantaeng.com, Rabu (10/5/2017).
Selain itu, juga terdapat makam Raja Bantaeng ke 30-33, Karaeng Pawiloi dan Raja Bantaeng ke 33-34, Karaeng Andi Mannappiang dan beberapa raja lainnya.
"Kompleks makam ini biasanya dikunjungi oleh peneliti baik dari pelajar maupun mahasiswa," tutur Sahrul.
Lokasi makam para raja ini terletak di pusat kota, Jl Pemuda, Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. (*)