Hari Kartini 2017
Gita Kusrini, Si Cantik Pengembala Kambing, Kini Jadi Pimpinan Yayasan
Rini mengaku tidak malu menjadi pengembala kambing dan tukang batu demi biaya sekolahnya.
Penulis: Ansar | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Kisah perjuangan Gita Kusrini alias Rini patut diapresiasi. Meski tanpa biaya dari orangtua, dia mampu menyelesaikan pendidikannya sampai Strata 1 di Surabaya.
Sejak balita, kedua orangtuanya berpisah. Dia hanya dirawat oleh neneknya hingga menjadi orang sukses dan menjadi Kepala Cabang Yayasan Yatim Mandiri Maros.
Sebelum mencapai kesuksesannya, perempuan kelahiran Surabaya 27 Juli 1986 ini punya kisah hidup yang miris dan penuh perjuangan.
Baca: Peringati Miladnya, Yayasan Yatim Mandiri Maros Gelar Baksos
Baca: VIDEO: Ratusan Anak Ikuti Workshop Robotik Yatim Mandiri
Ayah kandung Rini meninggal sejak masih berumur belasan tahun dan masih duduk di bangku SD. Saat itu, Ibunya juga menikah lagi.
Rini memilih tinggal bersama neneknya, karena ibunya berpindah keyakinan. Hal yang dilakukan sang ibu, tidak disetujui oleh Rini.
Meski ditinggal orangtuanya, Rini yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara ini, terus bersemangat untuk menjadi orang sukses.
Pengembala Kambing
Saat duduk di SMP, Rini menjadi pengembala kambing milik majikannya dan menjadi tukang batu. Dia tidak malu melakukan hal tersebut demi biaya sekolahnya.
Saat di SMA, dia menjadi karyawan di salah satu toko dan pembantu rumah tangga. Hasil kerja kerasnya, digunakan untuk membiayai kebutuhan keluarganya dan pembayaran biaya sekolah.
Setelah tamat di SMA, perempuan single ini melanjutkan pendidikannya di kampus IKIP Surabaya. Meski sibuk belajar, Rini juga menjual keripik di lingkungan kampus.
Hasil jual keripiknya, ditabung untuk kepentingan kuliahnya. Saat selesai dengan predikat terbaik di kampus itu, Rini mendaftar di Yayasan Yatim Mandiri.
Dia diterima di yayasan tersebut. Pimpinan yayasan memberikan kepercayaan kepada Rini untuk memimpin cabang yang ada di daerah.
Sebelum penempatan di Maros sekitar 2013 lalu, berbagai daerah lain yang telah ditempatinya. Namun di Maros paling lama. Di daerah lain, Rini hanya bekerja maksimal lima bulan.
Sejak di Maros, Rini menyempatkan pulang kampung sekali dalam sebulan. Selain menemui keluarganya, Rini juga berkunjung ke kantornya.
Di Maros, Rini dibantu delapan karyawannya rutin menggelar kegiatan syiar dan mengajar 30 anak yatim didikannya di sanggar Genius yang berda di kantornya.
"Saya dipercayakan di Maros. Kegiatan saya saat mendidik anak yatim usia SD-SMP. Kami memberikan bimbingan keagamanan. Kami berusaha mengubah anak menjadi lembut," katanya.
Rini mengaku, awalnya beberapa anak didiknya bandel dan sulit diarahkan. Namun dia tidak pernah kasari anak tersebut. Hal ini membuat anak didiknya menjadi lembut.
Anak Yatim Harus Mandiri
Setelah bertahan untuk mendidik, anak didikannya tersebut sudah disiplin belajar. Selain pelajaran umum, Rini juga mengajarkan dan mewajibkan anak didiknya menghafal Alquran sampai jus 30.
"Saya ini anak yatim yang telah menjalani kerasnya kehidupan. Makanya saya ingin berbagi dengan anak yatim lain. Kita harus memotivasinya hingga sukses," katanya.
Rini tidak menginkan anak yatim di Maros menjadi peminta-minta atau mengemis. Anak didikanya juga diajari membuat kerajinan tangan yang bisa dijual.
Setelah lulus SMA, anak Yatim diharapkan bisa mandiri dengan skil yang dimilikinya selama berada di Yayasan.
"Kami bikin kompos organik dari sayuran busuk dan sudah dapat juara dua tingkat nasional 2017," katanya.
Selain itu, Rini juga mengajarkan kepada anak didiknya membuat eskrim yang berbahan dasar paria. Ekskrim tersebu diolah menjadi manis.
Esksrim tersebut dibuat sebagai anti kanker. Dia juga membuat boneka dari sampah plastik, merakit benang. Tanam cabe mengunakan kompos buatan sendiri.
"Kami ingin mengangkat angkat yatim. Kami akan kuliahkan anak Yatim di kampus Kemandirian Surabaya secara gratis," kata pemilik akun facebook, Mella Rini.
Rini menceritakan saat pertama kali ke Maros. Awalnya di penempatan Makassar, namun pimpinan Yayasan memintanya supaya Rini mencari tempat baru di Maros.
Setelah menerima perintah tersebut, Rini ke Maros untuk mencari kantor. Setelah menemukan kantor, Rini melakukan perekrutan anggota. (*)