Dulu Pimpin Pemberantasan Kemaksiatan di Bantaeng, Kini Jadi Pengusaha
Masing-masing daerah memiliki tokoh pimpinan yang miliki visi yang sama yakani memberantas pelaku kejahatan di daerah masing-masing.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur, Syamsul Bahri
TRIBUN-TIMUR.COM, BANTAENG- Sebanyak empat kabupaten di bagian selatan Sulawesi Selatan dikenal memiliki organisasi kemasyarakatan pemberantasan aksi kemaksiatan.
Keempat kabupaten tersebut adalah Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba dan Sinjai pada tahun 2000-2002 lalu.
Masing-masing daerah memiliki tokoh pimpinan yang miliki visi yang sama yakani memberantas pelaku kejahatan di daerah masing-masing.
Di Kabupaten Bantaeng sendiri dipimpin oleh seorang tokoh pemuda yang bernama Andi Ismail. Ia mengisahkan bahwa latar belakang munculnya organisasi kemasyarakatan karena munculnya aksi kemaksiatan berupa aksi pencurian dan pembunuhan.
Pada keempat daerah di Sulsel kala itu oleh aparat kepolisian memberi zona merah sebagai daerah yang memiliki aksi kriminalitas pencurian terbesar di Sulsel.
Atas kondisi tersebut oleh aparat kepolisian mulai menyerah karena tak mampu memberantas pelaku kejahatan di daerah. Atas kondisi itu, Ismail bersama masyarakat dan tokoh di Bantaeng mengajak warga membentuk Organisasi Kemasyarakatan yang di aebut Massa.
Usai menggalang dukungan sesama tokoh dan masyarakat selanjutnya Ismail juga meminta dukungan penuh dari aparat TNI dan Polri di Bantaeng dan di empat kabupaten lainnya.
" Saat itu dukungan terus mengalir dari warga untuk memberantas pelaku kemaksiatan, maka saat itu pulahlah semangat kami terbangun untuk pimpin massa anti kemaksiatan," kata Ismail, Senin (17/4/2017).
Kala itu, Ismail tak langsung memerintahkan anggotanya mengeksekusi mati pelaku pencuri dan pemerkosaan. Melainkan meminta nama-nama warga pelaku yang sudah terdaftar namanya untuk menyampaikan taubat dan tidak lagi mengulangi perbuatannya. Jika oknum warga tersebut masih melawan atau bersembunyi baru dieksekusi mati.
" Ada yang sulit dieksekusi karena miliki ilmu kebal. Dan melawan massa, tapi teman-teman cari cara lain untuk mengeksekusi target," tutur Ismail.
Diungkap bahwa di Bantaeng pelaku aksi pencurian dan pembunuhan sudah terang-terangan kala itu. " Dan lebih sadis lagi usai mencuri bunuh suami orang lalu perkosa istri orang lain," ungkapnya.
Atas aksi itu, alumni Teknik Unhas ini terpanggil untuk membasmi pelaku kemaksiatan tersebut saat Bantaeng belum seperti ini.
Hal yang sama juga terjadi di sejumlah daerah di Jeneponto, di wilayah Kecamatan Ujung Loe, Kajang, Herlang Bulukumba dan daerah Pakokko, Tellulimpoe, Sinjai Selatan, Sinjai Timur, Sinjai.
Bahkan di Tellulimpoe Sinjai ditemukan sorang oknum anggota Polri terlibat jaringan pelaku pencurian dan berhasil ditangkap kala itu.
Namun pada keempat daerah itu tak semulus strategi massa di Bantaeng. Di Jeneponto dan Sinjai kalah strategi dari jaringan pencuri sehingga organisasi kemasyarakatan (massa) tersebut bubar dan banyak yang meninggalkan kampung halamannya.
Sedang Ismail bersama sejumlah pimpinan massa berhasil membuat aman Butta Toa dan mendapat pujian karena berhasil memberantas pelaku kejahatan. Lalu kini Ismail sudah menjadi tokoh di Butta Toa dan menjadi pengusaha dibidang konstruksi dan mantan Ketua Tim Nurdin Abdullah pada Pilkada lalu. (Syamsul Bahri)
