9 Fakta Tentang Bambang Tri Mulyono, Lulusan SMA Penulis Buku ‘Jokowi Undercover’
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengukapkan Bambang Tri juga tidak lulus S1 melainkan hanya lulusan SMA.
Di sampul tertulis inspirator terbitnya buku tersebut adalah Mbah Syahid Kemadu (Kiai Alhamdulillah). KH Mustofa Bisri atau Gus Mus berkenan memberi pengantar.
6. Sangkal teori Darwin
Di catatan akhir buku Adam 31 Meter adalah Prabowo Subianto, sosok pemimpin ideal dalam pandangan Bambang selama ini.
Di sampul belakang ini dijelaskan maksud penulis ingin mengupas firman Allah dan keselarasannya dengan sains modern.
Lewat buku ini Bambang hendak menyangkal teori evolusi Darwin yang menyebut manusia berasal dari monyet. Di sisi lain ia juga mengkritisi teori Harun Yahya, penulis yang menafikan keberadaan evolusi.
7. Buku tak laku
Respons pasar terhadap buku-buku Bambang berakhir pada kekecewaan. Sejak itu ia menghabiskan banyak waktu di rumah.
"Ditawari kerja apa-apa ndak mau, pengennya menulis," ucap Endang.
8. Jarang bergaul
Kendati tinggal dalam satu lingkungan Endang jarang berbincang dengan adik bungsunya itu. Bambang termasuk orang yang keras hati dengan pendiriannya yang dianggap benar.
"Jarang mau menerima masukan dari pihak lain. Mungkin karena itu dia jarang ngobrol lama-lama dengan saya juga. Naluri saya sebagai kakak, kadang saya nasihati dan beri masukan. Tapi mungkin ya ndak berkenan bagi dia," terang Endang.
Di samping itu Bambang memang kepribadian yang cenderung tertutup. Sehingga, jarang sekali mengungkapkan apa yang sedang dialami dan dirasakannya kepada orang lain.
Di lingkungan sekitar, Bambang dikenal jarang bergaul atau sekadar kumpul-kumpul. Kehidupan sehari-harinya banyak dihabiskan di lingkungan rumah.
9. Tak tahu metodologi
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian meminta penyidiknya melakukan bedah buku Jokowi Undercover yang setebal 400 halaman itu.
"Saya sudah perintahkan tim Bareskrim untuk bedah buku, dilihat fakta-faktanya karena di dalam dunia penulisan harus ada metodologi," terang Tito Karnavian, Rabu (4/1/2017) di Mabes Polri.
Metodologi yang dimaksud Tito Karnavian yakni harus ada data pendukung. Dimana dalam buku itu, Bambang Tri menyatakan bahwa Presiden Jokowi adalah keturunan dari golongan tertentu. Sehingga hal itu harus didukung data, namun itu tidak dilakukan oleh Bambang Tri.