Fenomena Klakson Telolet
'Om Telolet Om' Mendunia, Muncul Cerita 'Menyedihkannya' Sekarang, Bakal Tak Bisa Didengar Lagi?
"Om Telolet om" sepertinya menjadi topik perbicangan di Indonesia paling fenomenal pada akhir tahun tahun ini.
Pengendara di depan kendaraan berklakson "telolet" pun bisa kaget saat klakson dibunyikan sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, perangkat klakson tidak sesuai Standar Nasional Indonesia.
Perangkat klakson "telolet" sebenarnya merupakan hasil modifikasi perusahaan pembuat aksesoris kendaraan bermotor.
"Intinya telolet dilarang di Makassar," katanya, Kamis (22/12/2016).
Sejarah Telolet
Tapi bagaimana telolet ini bermula?
Siapa yang bertanggung jawab atas kegaduhan ini?
Dikutip dari BBC Indonesia, Zaenal Arifin dari Bismania Community mengatakan bahwa bunyi klakson telolet sudah mulai terdengar satu dekade lalu.
Klakson itu tidak spesifik dimiliki oleh jenis bus tertentu, melainkan hasil modifikasi yang dilakukan perusahan otobus (PO).
"Awalnya tiga corong, kemudian ada yang empat corong (lubang suara angin), bahkan ada yang enam lubang yang kemudian bunyinya dimodifikasi sesuai kreativitas," katanya.
"Konsepnya seperti nada dering monophonic ponsel, lagu-lagunya ondel-ondel, lagunya 'Jablay' Titi Kamal."
Dia mengklaim bahwa kebiasaan meminta klakson itu dimulai dari kebiasaan para penggemar bus yang sering memotret bus.
"Sebagai balasan, supir bis biasanya kasih dim atau kasih klakson."
Adalah perusahaan otobus Efisiensi yang pertama mempopulerkan klakson telolet tersebut, kata Zaenal.
Manajer Komersil PO Efisiensi Syukron Wahyudi menceritakan bahwa sekitar 10 tahun lalu pemiliknya, Teuku Eri Rubiansah, pergi ke Arab Saudi dan mendengar bunyi klakson yang unik.
"Mendengar suara klakson di sana berbeda, dia memutuskan membeli untuk bisnya. Khususnya di bus reguler dari Cilacap Jogja, Purwokerto - Jogja, dan Purbalingga - Jogja."