WNI Disandera di Filipina
Saat Tidur, Putra Sandera Abu Sayyaf di Maros Ngigau Panggil Ayah
Pihak keluarga hanya menerima informasi dari Perwakilan Persatuan Pelaut Indonesia (PPI) yang sedang berada di Filipina
Penulis: Ansar | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Istri Ismail Tiro, seorang korban penyaderaan kelompok bersenjata Abu Sayyaf di peraiaran Filipina, Marwah makin resah lantaran suaminya belum dilepas beberapa bulan terakhir, Senin (1/8/2016).
Dia berharap, pemerintah mengambil langkah tegas, supaya kelompok penyandera tersebut segera melepaskan sanderanya. Pasalnya, putra Ismail, Abid Affan Ismail (5) kerap sakit karena rindu.
Hal tersebut dikatakan oleh Marwah saat ditemui di rumahnya di Lingkungan Kalli-kalli, Kelurahan Adatongeng, Kecamatan Turikale, Maros.
"Kenapa pemerintah diam saja. Seharusnya dia mengambil tindakan. Sudah empat bulanmi, anakku tidak ketemu sama ayahnya. Seringmi sakit. Kalau tidur, sering dia sebut nama ayahnya," katanya.
Bahkan pemerintah tidak pernah menyampaikan perkembangan para sandera tersebut. Pihak keluarga hanya menerima informasi dari Perwakilan Persatuan Pelaut Indonesia (PPI) yang sedang berada di Filipina
Marwah kebingungan untuk menebus permintaan para penyandera. Setiap korban dimintai uang ratusan juta. Korban juga diancam dibunuh jika tidak segera dipenuhi permintaan kelompok bersenjata tersebut.
"Saya sudah terima informasi dari PPI, katanya setiap sandera diminta untuk membayar. Jika tidak, dia akan dibunuh. Saya tidak bisa tidur mendengar hal itu," katanya.
Ismail dan sandera lainnya mulai sakit- sakitan karena makanannya dibatasi dan tidak biarkan untuk meninggalkan lokasi penyanderaan.
"Kami sangat berharap, pemerintah segera mengambil tindakan untuk membantu kami," katanya.