Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Wisata Sulsel

Pesona Lembanna, Kampung Tepat di Kaki Gunung Bawakaraeng

Jaraknya hanya 15 menit dari kawasan hutan pinus di Kelurahan Malino lewat jalan Poros Tinggimoncong-Sinjai.

Penulis: Waode Nurmin | Editor: Ina Maharani
TRIBUN TIMUR/WAODE NURMIN
Sejumlah komunitas pencinta alam di Gowa dan Makassar berkumpul di Bantaran Sungai Lembanna, kaki Gunung Bawakaraeng, Kecamatan Tinggimoncong, akhir pekan lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Timur Wa Ode Nurmin

TRIBUN-TIMUR.COM, MALINO - Lokasinya yang berada di dataran tinggi, membuat Malino, menjadi salah satu daerah yang memiliki hasil pertanian melimpah di Sulawesi Selatan.

Seperti di Lingkungan Lembanna, Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa.

Tim Celebes Explore Tribun Timur mencoba mengeksploitasi daerah yang berada pada ketinggian 1.600 Mdpl tersebut, Minggu (24/7/2016).

Jaraknya hanya 15 menit dari kawasan hutan pinus di Kelurahan Malino lewat jalan Poros Tinggimoncong-Sinjai.

Untuk mencapai Lembanna yang lebih sering dikenal menjadi lokasi pendakian di anak kaki Gunung Bawakaraeng, kita harus berbelok kekanan. Jalur yang berkelok, nanjak dan menurun, didukung pemandangan pegunungan bukit jadi pengobat rindu tersendiri terkhusus mereka pencinta alam.

Masuk kearea kampung, sejauh mata memandang, perkebunan sayur milik warga sekitar menjadi pemandangan.

Disini, biasanya warga yang datang bisa langsung berbelanja sayur dengan memetik langsung dari kebunnya. Dan sensasinya itu hanya bisa dirasakan bagi mereka yang memang senang berkebun.

Seperti kebun milik Syamsuddin (63). Kakek asli Malino ini setiap hari mengurusi kebun miliknya setelah pensiun sebagai PNS.

Diatas lahan seluas 4 Ha itu, beberapa jenis sayuran seperti tomat, wortel, dan sawi, menjadi koleksi perkebunan kakek yang sebelumnya bekerja di Lapas Malino ini.

Beruntung tim kami berada disana saat masa panen tiba. Alhasil kami juga bisa memetik langsung sayur dari kebunnya.

Syamsuddin mengaku, hasil kebunnya itu dia kirim ke Makassar. "Sampai Kalimantan dan Banjarmasin juga. Tergantung pemesan berapa dibutuhkan itu yang dikirim, " katanya saat ditemui dikediamannya.

Harga yang diberikan tidak jauh berbeda dengan petani lainnya. Rp 100 ribu untuk 20 kilo dalam satu kantong.

Namun, Syamsuddin mengaku, nasib petani sayuran masih jauh dari makmur. Lantaran permainan para pengepul.

"Biasanya mereka kalau ambil tapi ditimbun dulu. Nanti sudah langka baru jual mahal. Padahal mereka ambil dari kita dengan harga normal. Jadi kita hanya bisa pasrah," katanya lagi.

* Nginap di Rumah Warga

Jangan kira suasana perkampungan tidak menjadi magnet bagi sebagian warga perkotaan.

Buktinya, hampir setiap akhir pekan, kampung yang berada dibawah anak kaki Gunung Bawakaraeng ini, selalu dipenuhi kendaraan roda dua maupun empat.

Selain untuk menghabiskan waktu liburan sebelum kembali ke penatan beraktivitas, warga yang datang dari beberapa daerah di Sulsel ini juga memilih hiking.

Rumah warga sekitar pun menjadi penginapan sementara. Namun tidak sedikit ada juga yang datang karena memiliki keluarga.

* Camping di Hutan Pinus

Setiap akhir pekan, pemandangan tenda ramai dibawah hutan pinus kaki Gunung Bawakaraeng.

Biasanya mereka datang Sabtu dan pulang Minggu. Tidak sedikit dari mereka membawa keluarga hingga anak kecil.

Lokasi camp disini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang hanya mau menghirup udara pegunungan tanpa mendaki gunung.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved