Sosok Prof Syamsu di Mata Putranya
Di mata anak-anaknya, Prof Syamsu adalah sosok yang sabar dan tabah, serta tak suka membeda-bedakan orang khususnya dalam mendidik anak-anaknya.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Keluarga besar Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali berduka setelah salah satu guru besarnya, Prof Dr dr Syamsu meninggal dunia, Minggu (3/7/2016).
Guru Besar Fakultas Kedokteran tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 69 tahun, di ruang ICU RS Wahidin Sudirohusodi Makassar, Sulawesi Selatan.
Mantan Ketua HMI Cabang Makassar ini sebelumnya dirawat kurang lebih satu setengah tahun di ruang ICU RS Wahidin, tepatnya sejak tanggal 30 Desember 2014.
Putra pertama Prof Syamsu, dr Salman Ardi yang ditemui di rumah duka menceritakan bagaimana sosok ayahnya yang begitu sederhana.
Di mata anak-anaknya, Prof Syamsu adalah sosok yang sabar dan tabah, serta tak suka membeda-bedakan orang khususnya dalam mendidik anak-anaknya.
"Beliau itu orangnya sabar dan tabah serta tak suka membeda-bedakan orang lain. Kehidupan sehari-harinya juga ia sederhana dan tak suka berprilaku berlebihan," kata Salman dengan mata berkaca-kaca.
"Beliau juga tidak suka hidup bermewah-mewahan, dan sifatnya itu diwariskan ke anak-anaknya," sambung dia.
Prof Syamsu yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam ini meninggalkan tiga orang putra yang semuanya telah dididik menjadi dokter. Ketiganya yaitu dr Salman Ardi (spesialis bedah), dr Satriawan Abadi (spesialis penyakit dalam), dan dr Surya wirawan (spesialis anastesi).
Ia juga meninggalkan satu orang menantu dan tiga orang cucu. Istri Prof Syamsu sendiri telah meninggal kurang lebih sebulan sebelum ia terkena stroke. (*)