Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mahasiswi Kritis Usai Kegiatan Kampus

Rektor UMI Bantah Mahasiswanya Dianiaya Hingga Koma di Puncak Malino

Adalah Rezky Evienia Syamsul (22), mahasiswa FK angkatan 2014 alami kondisi kritis setelah mengikuti kegiatan Tim Bantuan Medis (TBM) yang dilakukan o

Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Ina Maharani
Rektor UMI Bantah Mahasiswanya Dianiaya Hingga Koma di Puncak Malino - rezky-evienia-syamsul_20160604_234622.jpg
HANDOVER
- Nasib nahas meninmpa Rezky Evienia Syamsul (22), mahasiswa Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar yang alami kondisi kritis di ruang ICU RS Wahiddin Sudirohusodo Jl Perintis Kemerdekaan, Sabtu (4/6/2016).
Rektor UMI Bantah Mahasiswanya Dianiaya Hingga Koma di Puncak Malino - masr2_20160128_140539.jpg
TRIBUN TIMUR/HASRUL
Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Prof Dr Masrurah Mokhtar MA

Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Prof Masrurah membantah adanya penganiayaan senior yang menimpa salah satu mahasiswa Fakuktas Kedokteran (FK) UMI.

"Itu tidak ada penganiayaan, mungkin mahasiswa kami itu saat mengikuti kegiatan di puncak malino, yang bersangkutan tergelincir dan jatuh hingga tercelup ke air," kata Masrurah saat dikonfirmasi, Minggu (5/6/2016).

Adalah Rezky Evienia Syamsul (22), mahasiswa FK angkatan 2014 alami kondisi kritis setelah mengikuti kegiatan Tim Bantuan Medis (TBM) yang dilakukan oleh pihak fakultas.

Sejak dirawat dan tak sadarkan diri di ruang ICU Rumah Sakit (RS) Wahiddin Sudirohusodo Jl Perintis Kemerdekaan kota Makassar, Sabtu (4/6/2016). Rezky hingga kini belum juga sadarkan diri hingga koma.

Sebelumnya, pihak keluarga juga menduga kuat bahwa Rezky mengalami penganiayaan oleh seniornya dengan cara menculi lalu dicelupkan kedalam sungai. Hal itu juga dikuatkan dengan hasil pengangkatan air yang ada dalam paru-paru korban.

Namun, Masrurah mengungkapkan, kegiatan TBM itu adalah dalah satu prasyarat seorang mahasiswa Kedokteran untuk menjadi Dokter dalam melakukan bantuan kepada korban.

"Kami pastikan itu bukan tindakan penganiayaan dan juga kegiatan tersebut adalah syarat jadi seorang dokter. Jika memang ada tindakan penganiayaan maka saya yang akan turun langsung," jelas Masrurah. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved