CITIZEN REPORTER
Anak Makassar Merantau, Jadi Owner Lembaga Kursus di Kampung Inggris Kediri
Ide awal membuat model kursus seperti itu karena Mr Eddy melihat banyak sekali alumni dari kampus yang ingin memenangkan beasiswa.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Citizen reporter, Ismawan Lulusan Kampung Inggris, Pare, Kediri melaporkan dari Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM -Siapa yang tidak kenal kampung Inggris. Sebuah desa di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, yang tiap tahun dikunjungi ribuan orang. Mereka berasal dari Sabang sampai Merauke yang berniat belajar bahasa Inggris.
Tercatat tahun 2016 ini jumlah pendatang yang mau belajar bahasa Inggris sekitar lima ribu orang. Tren ini meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, pendatang yang dulu hanya berniat belajar, kini membuka kursusan bahasa inggris. Lulusan kampus di Jawa dan luar Jawa berdatangan ke Pare demi memperbaiki bahasa inggrisnya.
Namanya Eddy Suaib (33). Oleh siswa biasa dipanggil Mister Eddy. Sejak tiga tahun lalu ia mendirikan English Studio-Indonesia. Sebuah lembaga kursus yang fokus pada siswa yang ingin meraih beasiswa ke luar negeri. Jadi siswa yang masuk ke ES-Indonesia akan fokus belajar materi IELTS sebagai persyaratan mendapatkan beasiswa.
Setiap hari, siswa ES harus belajar 10 jam. Mulai pagi hingga malam. lalu ditambah tugas belajar 2 jam sehingga akumulasi setiap hari siswa belajar 12 jam. Yang istimewa adalah selama mereka belajar itu akan dikawal dengan ketat. Terus dipantau via online dan offline. Setiap tugas harus dimasukkan ke essay-forum. Situs yang mempertemukan semua penulis akademik writing di seluruh dunia. Ada juga yang harus diposting di Faceebook.
Ide awal membuat model kursus seperti itu karena Mr Eddy melihat banyak sekali alumni dari kampus yang ingin memenangkan beasiswa. Namun syaratnya harus punya nilai Ielts minimal 6.5.
Sejauh ini, upaya tersebut pelan-pelan menuai hasil. Layaknya terapi bahasa, Eddy mengembangkan metode pendampingan yang ketat dalam belajar. Intinya harus mau belajar. Sebab Eddy tidak sungkan menghapus peserta kursus yang malas. " Mereka kita dampingi agar bisa dapat skor yang bagus, kalau malas kasihan juga karena sudah bayar mahal, Tapi kami tetap upayakan dampingi dengan pelayanan terbaik," jelasnya suatu waktu.
Salah satu pengajar di ES namanya Andi Alam. ia alumni Unhas yang baru saja selasai s2 di Petroulem Geofisika di Universitas Adelaide, Australia. Pemuda asal Bulukumba ini juga siswa yang pernah belajar dan sukses ke Australia karena bantuan dan bimbingan Mr Eddy.
Alam menceritakan, sejak tamat di Unhas ia ke Pare dengan bekal seadanya. Karena sudah lama dengar nama Eddy, makanya Alam berharap bisa jadi muridnya. Usahanya berhasil dan berkat bimbingan Eddy ia lolos beasiswa ke Australia.
Lain halnya dengan Akbar Mappiare, alumni UNM yang jadi guru matematika di Bosowa School. Awal tahun ini ia putuskan berhenti dan masuk ES belajar IELTS. Tiga bulan ia didampingi Oleh Eddy dan tim ES akhirnya ia berhasil lolos LPDP 2016.
Lain halnya dengan Yusri, penerima beasiswa yang juga alumni S2 UGM ini memilih tinggal mengajar di ES. Ia merasa mendapat banyak ilmu dari Mr Eddy. Sembari mengajar, Yusri sementara menyiapkan berkas untuk S3 di Jerman.
Mr Eddy adalah pemuda asal Makassar. Tahun 2001 ia menyelesaikan studi di UIT Makassar Fakultas Ekonomi. Seperti lazimnya perantau, niat awal ke Kediri belajar. Namun setelah lama belajar di sana. ia memutuskan tinggal menetap dan mendirikan kursusan yang fokus pada pengembangan SDM pemuda Indonesia.
Sebelum mendirikan ES. Mr Eddy sudah beberapa kali pindah kursusan. Ia diangkat jadi GM Access Kediri, lalu mendirikan Test English School, Coupis School. Lalu pindah ke Jakarta karena urusan pernikahan.
Pada tahun 2014 lalu, ia kembali ke Pare, Kediri dan mendirikan ES-Indonesia. Oleh teman-temannya di Makassar ia dianggap orang yang sangat membantu, humble, dan biasa lupa waktu kalau lagi mengajar.
Ia berharap, mahasiswa makassar atau alumni yang belajar ke Pare bisa belajar dengan sungguh sungguh. Sehingga pemuda dari Makassar bisa mendapat beasiswa ke Luar negeri. (*)