Hari Buruh
Kucing Hitam Ikut Demo Buruh di Flyover Makassar
Kelompok ini identik dengan pakaian hitam.
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kelompok Anarko Sindikalis yang menyebut dirinya Kucing Hitam susupi ribuan buruh saat peringatan hari buruh sedunia (May Day) di Fly Over, Jl Urip Sumiharjo, kota Makassar, Minggu (1/5/2016).
Kelompok ini identik dengan pakaian hitam. Kehadiran mereka di tengah-tengah aksi ini hanya menyerukan, 'Ayo Pekerja, Bangun Kekuatan Mandiri Kita'.
Menurut mereka, apa yang sebenarnya terjadi pada tanggal 1 Mei 1886 di seantero Amerika Serikat lalu dikenang menjadi hari buruh internasional atau May Day adalah bukan sekedar sebuah gerakan seremoni belaka.
Namun, sebuah gerakan akar rumput yang membangun kemandirian buruh, membangun para pekerja dengan bangunan dan kekuatan tanpa campur tangan para elit politik dan negara.
"May Day bukan sekedar seremoni yang diperingatkan buruh dalam beberapa tahun terakhir ini. May Day bukan hanya satu (1) mei saja. Tapi may day is every day," kata seorang Anarko, Mao kepada tribun timur.
Selama aksi berlangsung, aktifitas Anarko Sindikalis ini ternyata tidak terdeteksi oleh 172 personel gabungan Polrestabes Makassar dan Polda Sulselbar. Mereka dengan santainya membagikan selebaran kampanye dan seruan dalam selebaran berukuran 30 kali 15 sentimeter.
Ribuan copian dan seruan yang dibagi dan disebarluaskan ini berisikan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada tanggal 1 Mei tahun 1886 diseantero Amerika Serikat tepatnya dilapangan Haymarket yang digetarkan oleh tujuh Martir Anarko. Yakni, Albert Parsons, Louis Lingg, George Engel, Adolph Fisher, dan Spies Agustus, dan fielden.
Menurut Mao, hakikat dari May Day adalah sebuah gerakan tuntutan kepada kaum Kapitalis dan Negara karena telah menguras waktu kerja para buruhyang tadinya sebagian waktu untuk membagikan kepada keluarga, tapi itu dirampas oleh Kapitalis dan Negara.
"Kapitalis dan negara memang telah memisahkan kaum buruh dengan keluarganya secara perlahan melalui jam kerja dan digaji dengan uoah yang murah. Olehnya itu, gerakan yang kami lakukan ini juga akan mengakar dari bawah," jelas Mao. (*)