Inilah Sosok Pemilik Rumah yang Ditempati SD Joko Jeneponto
Namanya rumah tua, dibangun pada 1982, beberapa kayu tiang dan papannya lapuk.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ilham Mangenre
TRIBUNJENEPONTO.COM, BONTOMARAMBA- Siapa pemilik rumah panggung yang kolongnya dijadikan SD Joko selama ini
Dialah Bulu Daeng Tinggi (76), pensiunan TNI tahun 1988.
Bulu Daeng Tinggi satu-satunya warga di Dusun Joko, Desa Bangkala Loe, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, yang merelakan rumahnya untuk pendidikan anak bangsa.
Ayah empat anak ini mengaku priahatin sehingga rumahnya direlakan jadi ‘gedung’ SD Joko sejak Tahun 2012.
Baca juga: Lihat, Murid SD di Jeneponto Belajar Sambil Gendong Balita
Daripada anak-anak putus sekolah hanya karena jarak SD Bonto Kura dan SD Poko Bulo jauh dari Desa Bangkala Loe.
Baca juga: SD Joko Jeneponto Butuh Bangku, Kursi Guru Pun Ditempati Murid
Dia dan keluarganya tak merasa terganggu "ributnya" proses belajar mengajar murid-murid.
"Yang penting mereka sekolah," kata Bulu.
Dari awal, ketika kolong rumahnya diminta Dinas Pendidikan Jeneponto, Bulu tak berpikir panjang.
"Waktu itu dari Kancang (dari Dinas Pendidikan) datangi saya dan meminta kolong rumah saya dijadikan sekolah sementara, katanya paling lama sekitar setahun ji itu sudah adami sekolah permanen,
tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan dibangun," kata Bulu kepada tribunjeneponto.com di kediamannya itu, Selasa (19/4/2016).
Pemerintah Kabupaten Jeneponto tak sekali meninjau kondisi fasilitas SD Joko yang memprihatinkan.
Lantai tanah, dinding berupa anyaman bambu dan terpal, kursi seadannya, bahkan hewan ternak bebas masuk berbaur murid yang tengah belajar.

Murid-murid Sekolah Dasar (SD) di Dusun Joko, Desa Bangkalaloe, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, belajar di kolong rumah panggung, Senin (18/4/2016). (Muhammad Abdiwan/tribun-timur.com).
Simak juga: Minimnya Fasilitas SD Joko Jeneponto, Murid Belajar di Kolong Rumah
"Sudah sering kali di tinjau dari pemda maupun dari pusat, bahkan sudah digambar sekolahnya dan dijanji pada bulan tiga lalu 2016, namun sampai sekarang belum adapi saya liat tanda-tandanya," tuturnya.
Namanya rumah tua, dibangun pada 1982, beberapa kayu tiang dan papannya lapuk.
Atap seng ditambal kiri kanan, pada bocor.
“Harapan saya, pemerintah segera membangunkan sekolah agar anak-anak sekolah ini tidak berlarut-larut seperti ini dan bisa juga stabil cara belajarnya," kata mantan prajurit TNI pembebasan Timor-Timor 1979 itu. (*)






