Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Diskusi Tribun Timur

Seniman dan Budayawan Sulsel Diskusi Lego-Lego, Bahas Musik Tradisional

Hal itu ditandai dengan diadakannya diskusi yang bertajuk Lego-Lego di kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih, 430 Makassar.

Penulis: Saldy Irawan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN TIMUR/ MUH ABDIWAN
Peneliti tari tradisional Pakarena dari University of Illinois School of Music, Philip Yanpolski (ketiga dari kanan) bersama Sejarawan dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Halilintar Latief (kedua dari kanan) memaparkan hasil risetnya pada diskusi bertopik Keberagaman Indonesia Melalui Musik Etnik, di kantor Tribun Timur, Jl Cenderawasih nomor 430, Makassar, Selasa (22/3/2016) 

Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Musik tradisional lagu daerah (bugis-makassar) mendapat perhatian bagi akademisi dan budayawan di Makassar.

Hal itu ditandai dengan diadakannya diskusi yang bertajuk Lego-Lego di kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih, 430 Makassar.

Dia yang hadir diantaranya, musisi lagu daerah Daeng Mile, Daeng Tola, dosen Seni Universitas Negeri Makassar (UNM) Sri Wahyuni (Yuni KDI), Prof Nurhayati, Ishak Ngeljeratan, Dr Halilintar, Phlip Yampolsky seorang peneliti musik dari Amerika, Syarifuddin akademisi UNM, dan sejumlah Mahasiswa Fakultas Seni Budaya UNM.

Dalam diskusi itu disimpulkan bahwa lagu daerah tidak bisa digabungkan atau di aresemen dengan musik pop atau dangdut.

"Lagu Makassar musiknya juga harus nada Makassar, itu tidak bisa digabungkan atau di aresemen," kata Philip.

Menurutnya, dengan mengaresemen sebuah lagu tradisional menjadi musik trend, itu akan menghilangkan ruh dari lagu tradisionalnitu sendiri.

Bahkan kata Philip dalam kajiannya, musik trend itu bisa membuat lagu tradisional punah.

Ia mengungkapkan meski dirinya seorang warga negara asing, namun alunan lagu tradisional Makassar yang disandungkan dengan kecapi memiliki daya tarik tersendiri untuk dihayati.

Menurutnya lagu daerah Makassar layaknya pesan inspirasi dan mengeritik untuk berbuat kebaikan.

Ia juga mengaku prihatin, karena industri musik khususnya di Makassar tidak membudayakan dan mempromosikan lagu -lagu daerah sesuai dengan ruhnya.

"Ada lagu daerah tapi banyak di aresemen," kata Philip.

Saat ini kata Philip banyak orang yang menyepelekan karya lokal.

Seperti dicontohkan dengan kejadian saat ini, sebahagian besar kaum pemuda lebih memilih mendengar lagu pop atau rock dibanding lagu daerah.

Senada diungkapkan Prof Nurhayati, bahwa musik -musik anak perkotaan seperti pop dan rock menjadi kebutuhan bagi pemuda.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved