Omset Penjual Sate dan Coto Menurun Gara-gara Antraks
Pedagang daging sapi di pasar sentral pinrang pun ikut terkena dampak penyebaran antraks
TRIBUN-TIMUR.COM, PINRANG - Wabah antraks yang mematikan puluhan ekor sapi dan kerbau di Pinrang, Sulawesi Selatan, sejak pertengahan Februari lalu tidak hanya membuat para peternak sapi dan kerbau tradisional merugi hingga ratusan juta rupiah.
Para pedagang berbahan baku daging seperti pedagang sate, konro dan coto makassar pun merugi karena omset penjualan mereka turun drastis hingga lebih dari 50 persen.
Sejumlah warung bahkan tutup karena pelanggannya menolak mengkonsumsi daging untuk sementara karena khawatir terjangkit antraks yang pertama kali ditemukan menyerang ternak sapi milik warga di Desa Malimpung, Kecamatan Patampanua, pada awal Maret.
Ati, pedagang coto makassar, mengaku pembeli sepi sejak tiga pekan terakhir. Menurut Ati, penjualan cotonya menurun hingga lebih dari 50 persen dibanding sebelumnya.
“Pelanggan jarang yang datang, pada hal sebelumnya ramai terutama di siang hari saat jam makan. Namun sejak penyakit antraks merebak, pelanggan jarang datang. Omset penjualan pun turun hingga lebih dari 50 persen,” ujar Ati.
Pedagang daging sapi di pasar sentral pinrang pun ikut terkena dampak penyebaran antraks. Meski mayoritas daging sapi yang mereka perjual belikan di sejumlah rph adalah sapi yang didatangkan dari luar daerah seperti enrekang, soppeng, bone dan wajo, realtif bebas antraks, namun permintaan daging di pinrang tetap turun drastis.
Johor, pedagang sapi di Pasar Sentral, mengaku tak khawatir mengkonsumsi daging. Alasannya, semua daging yang diperjualbelikan dipasok dari sejumlah pelanggannya di Soppeng, Bone, Wajo dan Enrekang, termasuk Barru, Sulawesi Selatan, yang relatif aman dari antraks.
“Saya tidak khawatir makan daging. Saya ini membeli sapi dari pelanggan saya justru dari luar daerah Pinrang, seperti Soppeng, Wajo dan Enrekang yang bebas antraks,” ujar Johor.
Ayam laku keras
Sementara itu, pedagang ayam potong di pasar sentral dan sejumlah pasar tradisional di Pinrang beruntung.
Harga ayam potong sejak tiga pekan terakhir naik rata-rata Rp 4.000 per kilogramnya. Ayam potong yang biasanya dijual Rp 35.000 kini naik menjadi Rp 40.000.
Sumiati, pedagang ayam potong di Pasar Sentral Pinrang, mengaku, harga ayam potong sedikit terdongkrak sejak penyakit antraks merebak. Sumiati menduga banyak warga memilih mengkonsumsi ayam untuk sementara karena khawatir dengan penyebaran antraks.
“Sudah dua pekan lebih harga ayam naik sedikit. Rata-rata Rp 4.000 per kilogramnya sejak sapi antraks merebak,” ujar Sumiati.
Petugas kesehatan hewan dari Dinas Peternakan Pinrang dan Balai Besar Veteriner Maros yang turun tangan membantu mengatasi wabah antraks hingga kini masih terus melakukan berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan antraks agar tidak semakin meluas.