Songkok Recca Identitas Bone, Fashar Wajibkan PNS Pakai Tiap Jumat
Karena itulah songkok ini disebut pula Songko To Bone (Songko Orang Bone).
Penulis: Justang Muhammad | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNBONE.COM, AWANGPONE - Songkok Recca, songkok yang di produksi dibeberapa tempat di Kabupaten Bone, Sulsel, telah menjadi produk ekonomi masyarakat sejak ratusan tahun lalu.
Songkok yang menadi identitas Suku Bugis, khususnya Bugis Bone tersebut, telah lama menjadi basis ekonomi warga.
Karena itulah songkok ini disebut pula Songko To Bone (Songko Orang Bone).
Warga Desa Paccing dan Mallari, Kecamatan Awangpone, Bone, misalnya, telah menjadikan industri pembuatan Songkok Recca sebagai mata pencaharian utama.
Salah seorang pengrajin songkok ini, Rahmatang Haji Nawir, mengatakan kerajinan ini mereka lakukan turun temurun, keahliannya pun mereka peroleh karena sejak kecil membantu orangtua membuat songkok.
"Ini bisnis turun-temurun," ungkap Rahmatang, generasi keempat dalam keluarganya berbisnis Songkok Recca, saat ditemui di rumahnya, Desa Paccing, Rabu (24/2/2016).
Soal keuntungan, Rahmatang mengaku cukup untuk kebutuhan hidup.
Harga songkok tergantung kualitas serta bahan yang dipakai.
“Kalau pakai emas, tentu hargannya mahal dan keuntungannya juga lumayanm," jelas Rahmatang kepada tribunbone.com.
Bupati Bone, Andi Fahsar Padjalangi, mengaku sangat mendukung industri Songkok Recca.
Bahkan, dia berencana membuat peraturan bupati untuk mendukung industri ini.
“Kita harus memotivasi para pengrajin supaya mereka berhasil. Dan Insya Allah, dalam waktu dekat kita akan menginstruksikan para pegawai negeri sipil untuk memakai Songkok Recca ke kantor, setiap hari Jumat. Sebab, songkok ini identitas ke-Bone-an kita,” ungkap Fahsar.
