Usai Jaga Anak yang DBD, Ibu di Toraja Curigai Tewas karena Virus Zika
Penyakit akibat Virus Zika, sejenis virus demam berdarah dengue (DBD).
Penulis: Yultin Rante | Editor: Ilham Mangenre
“Ada satu sampel yang setelah diteliti tak ada indikasi dengue. Setelah dikaji lebih jauh, ditemukan virus Zika dalam sampel pasien itu,” ujarnya.
Peneliti Emerging Virus Research Unit Lembaga Eijkman, Frilasita Yudhaputri, mengatakan, berdasarkan riwayat perjalanan pasien, ia tak pernah ke luar negeri atau daerah lain.
Jadi, disimpulkan, virus Zika telah berkembang di Jambi, tetapi tak terdeteksi karena penderita dianggap kena dengue.
“Begitu ada temuan, kami melaporkannya ke Kementerian Kesehatan melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada September 2015. Kami juga publikasikan temuan itu di jurnal internasional,” ucapnya.
Penemuan virus Zika di Jambi itu ibarat fenomena puncak gunung es karena kemungkinan menyebar luas, tetapi warga yang terinfeksi dianggap kena demam berdarah dengue (DBD).
Menurut Herawati, gejala penyakit akibat virus Zika ialah panas, sakit persendian, sedikit ruam-ruam, dan radang di selaput mata.
“Penyakit ini langsung hilang, tak perlu diobati,” katanya.
Herawati mengungkapkan, ada temuan di Brasil tentang kaitan serangan Zika dengan kelainan janin.
Ibu hamil yang terinfeksi virus Zika cenderung melahirkan bayi yang mengalami mikrosefalus, kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil daripada ukuran rata-rata.
Strain virus
Frilasita Yudhaputri mengatakan, virus Zika yang dapat diisolasi dari pasien lelaki berusia 27 tahun di Jambi punya strain sama dengan yang ditemukan di negara lain di Asia, seperti Thailand.
Virus Zika di Brasil yang diduga memicu kelainan perkembangan janin memiliki strain berbeda dengan di Asia.
Namun, menurut Herawati, karakteristik virus ialah cepat bermutasi. Karena itu, kemungkinan terburuk dampak virus Zika pada kelainan janin di Indonesia perlu diantisipasi.
Ia menyarankan, ada survei dan pemeriksaan lebih intensif agar keberadaan virus terdeteksi daerah penyebarannya.
Untuk mengatasinya, menurut Herawati, jalan terbaik ialah memutus siklus vektornya, yakni nyamuk Aedes aegypti yang juga menyebarkan DBD.