Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Memutus ‘Kemesraan’ Narkoba dengan AIDS

Indonesia berada pada posisi nomor tiga sedunia untuk jumlah penderitanya dan menjadi negara dengan penyebaran HIV/ AIDS tercepat di dunia.

Editor: Aldy

Idiom ‘Indonesia surganya para perokok’ telah bergeser menjadi ‘Indonesia surganya para pengguna narkoba’. Idiom ini mungkin ada benarnya. Laporan akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba tahun 2014, ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta jiwa yang memakai narkoba pada kelompok usia 10-59 tahun di Indonesia.
Angka tersebut terus meningkat sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Puslitkes UI bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai sekitar 5,8 juta jiwa pada tahun ini. Bahkan, lansiran data terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada 541 narkoba jenis baru yang beredar di Indonesia.
Di samping itu, data perkembangan HIV/ AIDS di Indonesia juga sangat menarik untuk diamati karena perkembangannya yang begitu signifikan. Data Kemenkes RI mengungkapkan bahwa hingga bulan Juni 2014, jumlah kumulatif penderita AIDS di Indonesia sebesar 55.623 jiwa, di mana golongan usia 20-29 tahun merupakan golongan usia yang terbanyak menderita AIDS dengan angka 18.287 jiwa.
Data ini sekaligus menempatkan Papua sebagai provinsi teratas dengan penduduk berpenderita HIV dan AIDS terbesar, disusul Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, dan Jawa Barat. Mirisnya, Indonesia berada pada posisi nomor tiga sedunia untuk jumlah penderitanya dan menjadi negara dengan penyebaran HIV/ AIDS tercepat di dunia.
Narkoba dan HIV dan AIDS berdasarkan beberapa penelitian di bidang kesehatan, memiliki suatu “kemesraan” atau jalinan yang erat, dalam artian, seorang pengguna atau pecandu narkoba akan rentan terkena virus HIV/ AIDS. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) disebabkan infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh penderita hingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
Sayangnya, dominan anak usia muda di Indonesia ‘buta’ tentang HIV dan AIDS dan penyebarannya alias hanya sedikit dari mereka yang paham secara tepat tentang penyakit ini. Dalam satu penelitian, hanya satu dari tiga pelajar sekolah menengah atas di Jakarta yang tahu persis akan bahaya HIV dan AIDS dan cara pencegahannya.
Tantangan
Minimnya edukasi tentang HIV dan AIDS serta merebaknya stigma penyakit ini hanya menjangkiti ‘orang tidak baik’ dan memang mereka layak mendapatkannya diyakini menjadi tantangan berat yang harus diatasi.
Di Indonesia, faktor penyebab dan penyebaran virus HIV dan AIDS terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Menurut suatu riset, dominan pengguna narkoba mengonsumsi obat melalui jarum suntik. Pemakaian jarum suntik secara bergantian antar pengguna narkoba inilah yang dapat meningkatkan kerentanan penularan HIV.
Tingginya penularan HIV dan AIDS melalui jarum suntik pengguna narkoba disebabkan rasa kesetiakawanan sesama pengguna dan kurangnya pengetahuan mereka tentang cara penularan HIV dan AIDS. Patut diketahui, saat jarum suntik yang tidak steril dipakai, maka virus masih bertahan hidup pada jarum.
Selanjutnya virus masuk ke dalam pembuluh darah pengguna baru jarum suntik bekas pakai tadi dan akhirnya berkembangbiak di dalam tubuh pengguna baru. Penggunaan narkoba juga bisa menyebabkan pemakainya kehilangan penalaran akal sehat, sehingga pada saat melakukan hubungan seks mereka tidak terpikir untuk melakukan hubungan seks secara aman dan bisa melakukannya dengan siapa saja, sehingga rawan tertular HIV dan AIDS.
Edukasi
Keeratan hubungan antara narkoba, dan HIV dan AIDS harus dihentikan. Dibutuhkan pendekatan yang lebih efektif serta penanganan yang serius khususnya bagi para pengguna narkoba dan kelompok yang rentan terhadap terjadinya penyalahgunaan obat, baik penanganan secara langsung kepada penderita ataupun pencegahan melalui berbagai penyuluhan dan edukasi. Ikatan antara anak dan orangtua juga harus semakin dikuatkan karena telah terbukti memiliki andil yang sangat besar dalam mencegah seorang anak terjerat bahaya narkoba.
Perlu juga untuk memotivasi masyarakat untuk selalu peduli akan peredaran narkoba yang ada di lingkungannya, sehingga dapat menjalin kerjasama dengan aparat hukum dalam memberikan laporan dan informasi terkait peredaran narkoba.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah mengombinasikan strategi pendidikan, khususnya pendidikan agama dan seks, dengan keterampilan hidup, untuk mencegah penularan HIV dan AIDS dan penyalahgunaan obat-obatan. Strategi ini pada dasarnya dirancang untuk memberikan kaum muda keterampilan komunikasi antar pribadi, kreatifitas, kepercayaan diri, harga diri, dan daya pikir kritis. Sehingga, dapat membantu mereka jika menghadapi kesempatan untuk mencoba obat-obatan atau melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Jangan kita biarkan bangsa ini, khususnya generasi muda kita, hancur akibat narkoba dan HIV/ AIDS! Kepedulian kita termasuk pemerintah dengan pelbagai kebijakan atau regulasi yang ditetapkannya, akan menentukan masa depan generasi muda dan bangsa ini. Mari kita mulai peduli dengan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan kita.
Semoga, melalui peringatan Hari AIDS Sedunia kali ini, komitmen dan keseriusan kita bersama dalam menekan jumlah pengguna atau pecandu narkoba dan penderita HIV dan AIDS di Indonesia dapat semakin maksimal.

Oleh;
Hafiz Elfiansya Parawu
Mahasiswa S3 Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved