Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Serangan Berdarah di Paris

'Balas Dendam', Perancis Lancarkan Serangan Mematikan ke Suriah

Menjatuhkan menjatuhkan sebanyak 20 bom ...

Editor: Edi Sumardi
FARSNEWS.COM
Gempuran ke markas pemberontak di Timur Tengah. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Angkatan Udara Prancis mengerahkan sebanyak 12 pesawat, termasuk 10 pesawat tempur, untuk melancarkan gempuran ke Kota Raqqa, Suriah, pada Minggu malam (15/11/2015).

Gempuran yang terjadi dua hari setelah rangkaian insiden serangan di Kota Paris itu ialah yang terbesar sejak Prancis memperpanjang masa pengeboman melawan kelompok ekstremis di Suriah pada September lalu, sebut Kementerian Pertahanan Prancis.

Dalam gempuran tersebut, armada pesawat Prancis dikerahkan secara bersamaan dari Uni Emirat Arab dan Jordania.

Menjatuhkan menjatuhkan sebanyak 20 bom ke Kota Raqqa yang dianggap sebagai kantung kekuatan kelompok ISIS.

Kementerian Pertahanan mengklaim bom-bom itu menghantam sejumlah target, termasuk pusat komando, depot amunisi, dan kamp pelatihan milisi.

[Sebanyak 12 pesawat Prancis, termasuk 10 pesawat tempur, menjatuhkan 20 bom ke Kota Raqqa, Suriah. FOTO: AFP]

Kepada BBC di sela-sela pertemuan G20, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menegaskan serangan ke Kota Raqqa ialah sesuatu yang lumrah.

“Mengingat Prancis tidak hanya diancam, tapi juga diserang Daesh (akronim untuk ISIS), lumrah baginya (Prancis) untuk melangkah maju. Dalam konteks pertahanan diri, perlu bagi Prancis untuk mengambil aksi. Kami telah melakukannya pada masa lalu, dan kami melakukannya hari ini lantaran Raqqa adalah pusat komando Daesh. Kami tidak bisa berdiam diri saat diserang, seperti yang Anda lihat dalam tragedi di Paris,” kata Fabius.

Sebelumnya, ISIS menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian serangan pengeboman dan penembakan di Paris yang menewaskan 128 orang.

ISIS mengatakan telah menerjunkan orang-orang yang disebut sebagai pelaku jihad.

Lebih lanjut ISIS mengatakan Prancis dan pihak-pihak sekutunya tetap menjadi sasaran ISIS.

Polisi Muslim Gagalkan Bom Bunuh Diri

Zouheir, seorang polisi Perancis yang menjaga Stadion Stade de France, menjadi buah bibir setelah berhasil menggagalkan upaya bom bunuh diri di dalam stadion nasional Perancis itu.

Harian the Wall Street Journal sebagaimana dikutip dari kontributor Kompas.com di Singapura, melaporkan, Minggu (15/11/2015), Zouheir yang beragama Islam ini tidak mengizinkan seorang pelaku pengeboman untuk masuk ke dalam stadion.

Pelaku diketahui memakai rompi berisikan bahan peledak ketika dilakukan pengecekan di mesin scanning.

Penemuan ini hanya berjarak 15 menit sebelum laga persahabatan Perancis vs Jerman dimulai.

Zouheir melanjutkan, pelaku kemudian berupaya melarikan diri dari polisi dan meledakkan dirinya. Ledakan terdengar hingga ke dalam stadion.

Jaksa Francois Molins menuturkan, pelaku diyakini berencana mendetonasi bom tersebut di dalam stadion untuk memicu huru-hara dahsyat, yang berpotensi menewaskan banyak penonton.

Tercatat, setidaknya ada 80.000 penonton, termasuk Presiden Prancis Francois Hollande dan Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, di dalam stadion.

Ketika ledakan pertama terjadi, Zouheir sempat berpikir bahwa itu hanyalah ledakan kembang api biasa.

Kembang api adalah sesuatu yang lumrah di pertandingan sepak bola di Eropa.

Namun, ketika dia melihat Presiden Hollande dievakuasi keluar dari stadion di daerah St-Denis itu, Zouheri menyadari ada yang tidak beres.

Tiga menit setelah ledakan yang terjadi di paruh pertama pertandingan itu, ledakan lainnya terjadi di luar stadion.

Kemudian, pelaku bom bunuh diri ketiga meledakkan dirinya di dekat restoran cepat saji McDonald.

Salah satu penonton di stadion mengaku mendengar ledakan sebanyak dua kali yang memicu kebingungan.

Ledakan juga dapat terdengar di televisi. Pertandingan tetap berlangsung hingga selesai.

Presiden Federasi Sepak Bola Perancis Noel le Graet mengatakan, informasi ledakan tidak disiarkan ke stadion untuk mencegah terjadinya kepanikan dan huru-hara.

Berita ini akhirnya tersiar sendiri dari mulut ke mulut di antara penonton.

Kesebelasan Jerman memilih tetap tinggal di ruang ganti stadion dan baru meninggalkan lokasi keesokan paginya.

Serangan ini memicu kekhawatiran akan keamanan Perancis mengingat Negeri Mode ini akan menjadi tuan rumah perhelatan sepak bola Euro 2016 yang akan digelar Juni 2016.(bbc)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved