Asdar Muis RMS Itu Guru Kehidupan yang Apa Adanya
"Selama 19 tahun saya berkeluarga saya selalu makan bersama," katanya.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Thamzil Thahir
Dalam acara itu, Muh Yusran juga menyebutkan jika dihari yang sama, diadakan Zikir bersama di tanah kelahiran Asdar, di Kabupaten Pangkep.
"Alhamdulilah tadi kita zikir bersama di Pangkep," kata Asho sapaan Yusran.
Sekitar 70 orang yang hadir dalam zikir bersama di Pangkep, tepat dikediaman Asho, Jl Kemakmuran.
Diacara Haul, selain mengenang Asdar dengan testimoni sahabat dan launcing buku Asdar.
Panitia acara juga mengadakan pameran Foto Asdar di Galery Losari di Jl Penghibur Makasssar.
Seniman Fahmi Syarif juga ikut menceritakan kesan bagi Asdar.
Menurutnya Asdar adalalh seseorang yang unik, hal tersebut ia ungkapkan ketika jalan bersama dengan almarhum.
Apabila Almarhum Asdar menemukan seseorang yang tidak ia sukai, tanpa ada dasar ia langsung memakinya dengan habis-habisan.
Tapi jika ia menyukai seseorang, ia akan memberikan apa yang ia miliki.
Tidak hanya itu, Yudistira Sukatanya menuturkan, baginya Asdar tidak pernah pergi dari pikirannya dan dunia ini.
Yudistira menyebutkan, Asdar yang menjadi yuniornya sering memberikannya tugas khusus.
Yudistira yang juga pendiri Sanggar Merah Putih mengakui, ia yang sudah dianggap sebagai kakak kandung, telah diberi benda kesayangan Asdar yakni Tanduk Rusa.
Saat itu, Yudistira turut membacakan satu cerita dari judul buku Asdsr denga judul Menuju Tepi Tak Berujung.
Salah satu kutipannya saat itu, "Bismillah Tak Ada Keraguan Berlari Ke Pintu". (sal)