Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ini Kisah Abu Nawas yang Menyinggung Penyakit Kepribadian Anda

ketika pria bernama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami, itu, mencari Cincin

Editor: Ilham Mangenre
muslimahcorner
Abu Nawas 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Ada secuil kisah dari penyair ulung nan jenaka, Abu Nawas, yang kira-kira patut jadi pelajaran buat kita, yakni, ketika pria bernama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami, itu, mencari cincin.

Seperti dikutip dari situs kisahhikmah, suatu hari, Abu Nawas sibuk mondar-mandir mencari sesuatu dan cukup lama.

Gara-gara lamanya masa yang ia gunakan mencari, tidak sedikit tetangganya yang bertanya-bertanya, penasaran.

Banyak pula di antara mereka yang mendekati. Lalu, mereka pun bergabung.

“Hai Abu Nawas,” seru salah seorang tetangganya, “apakah yang kaulakukan?”

"Mencari cincin,” jawab Abu Nawas dengan santai.

Laki-laki penanya itu pun turut serta membantu sebisanya. Ikut mondar-mondir. Ke sana ke mari. Lama. Hingga, mereka pun kelelahan dan bosan.

“Memangnya,” tanya salah seorang di antara yang ikut membantu mencarikan cincin yang hilang itu, “cincinmu itu jatuhnya (kira-kira) di mana?”

Tanpa merasa bersalah, Abu Nawas menjawab santai, “Seingatku, cincin itu jatuh di dalam rumahku.”

Mendengar jawaban itu, orang-orang pun langsung berhenti dari pencariannya. Sebagian ada yang emosi, dan langsung pergi. Sedangkan sebagian lainnya tetap tinggal. “Jika jatuh di dalam rumah,” tanya satu di antara mereka, “mengapa engkau mencarinya di luar rumah?”

Sejenak menghela nafas, Abu Nawas pun sampaikan alasan, “Bukankah kita sering melakukan itu, saudara-saudaraku? Seringkali kita mencari penyebab di luar diri atas berbagai persoalan yang kita hadapi.”

Katanya mengakhiri, “Bahkan, kita menyalahkan pihak lain saat ditimpa masalah. Dan menjadikan orang-orang di luar diri sebagai penyebab utama atas persoalan yang melilit diri kita.”

Saat sakit, misalnya, seringkali kita berpikir yang aneh-aneh dan rumit. Padahal, yang menjadi sebab utama atas sakit yang kita alami adalah zhalimnya diri terhadap tubuh.

Baik makan sembarangan, mengonsumsi makanan dan minuman yang tak jelas halal dan haramnya, mengabaikan hak tubuh untuk istirahat, abai terhadap olah raga sebagai salah satu komponen utama penunjang kesehatan, bahkan tidak peduli terhadap ruhani sebagai faktor yang amat penting dalam mempengaruhi kesehatan badan.

Begitupun dengan banyak persoalan kehidupan lainnya. Kita terlalu mudah memberi maaf pada diri, tapi amat kejam dengan menisbatkan kekeliruan dan kezhaliman diri kepada pihak lain.

Halaman
12
Tags
tips
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved