Tips Sehat
Cegah Keputihan, Perhatikan Cara Berpakaian
Disampaikan oleh dokter dari Siloam Hospital, dr Elizabeth C Jusuf MKes SpOG
Penulis: Anita Kusuma Wardana | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Anita Wardana
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR--Keputihan merupakan gejala yang sering dialami sebagian besar wanita. Keputihan di kalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Siloam Hospital, dr Elizabeth C Jusuf MKes SpOG mengatakan, keputihan merupakan gangguan kedua pada wanita setelah gangguan haid.
Namun, gangguan ini seringkali tidak ditangani dengan serius. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit karena hampir semua perempuan pernah mengalami..
Untuk mencegah keputihan, para wanita juga baiknya memperhatikan pakaiannya, diantaranya agar secara rutin mengganti celana dalam yang sudah terasa lembab dengan yang kering dan bersih.
"Hindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat, tidak duduk dengan pakaian basah karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah dan lembab, serta menggunakan pakaian dalam dari bahan katun agar sirkulasi udara tetap terjaga,"kata dr Elizabeth C Jusuf MKes SpOG
Elizebeth menjelaskan, keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Menurutnya, sekitar 15 persen wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam tiga persen hingga lima persen wanita.
"Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal,"katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, secara alami cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan lahir.
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi. Pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.
Sedangkan, keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia, baik karena infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual.
"Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis,"jelasnya.
Gejala keputihan karena faktor fisiologis, yaitu cairan dari vagina berwarna kuning, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal dan jumlah cairan bisa sedikit serta bisa cukup banyak.
Sementara gejala keputihan karena faktor patologis, yaitu cairan dari vagina keruh dan kental, warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan, berbau busuk, amis, dan terasa gatal, serta jumlah cairan banyak. (anita wardana)