Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ishaq Ngeljaratan: Contohlah Toleransi di Toraja!

Perbedaan adalah keniscayaan dan anugerah ilahi. Sebab setiap orang memiliki keterbatasan, kespesifikasian dan saling ketergantungan.

Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Jumadi Mappanganro
Peserta dan pembicara Dialog Publik bertema Merajut Kebersamaan di Tengah Perbedaan sepakat deklarasi damai di Warkop Cappo, Makassar, Senin (27/7/2015). 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Budayawan Ishaq Ngeljaratan menilai, toleransi antarumat beragama di Tana Toraja bisa menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia. Toleransi tersebut harus bisa dijaga baik.

Perbedaan agama, suku, ras, ideologi atau mashab, tak boleh jadi alasan terjadinya konflik di masyarakat. Perbedaan adalah keniscayaan dan anugerah ilahi. Sebab setiap orang memiliki keterbatasan, kespesifikasian dan saling ketergantungan.

Pesan tersebut disampaikan Ishaq saat menjadi pembicara pada Dialog Publik bertema Merajut Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Senin (27/7/2015). Bertempat di Warkop Cappo, Makassar. Diskusi ini merespon insiden Tolikara-Papua yang terjadi 17 Juli lalu atau bertepatan perayaan Idulfitri 1436 H.

Acara yang digelar Poros Pemuda Indonesia (PPI) Sulsel ini juga menghadirkan akademisi Unhas Aswar Hasan MSi, dosen UIN Alauddin Syamsuddin Radjab, Aristianto Syamsami (PB HMI) dan Wakasat Bimas Polrestabes Makassar Kompol Oktavianus sebagai pembicara. Diskusi ini dihadiri puluhan mahasiswa dan pemuda lintas organisasi.

“Di Papua, sudah diguncang berkali-kali terkait etnis. Tapi tidak goyang. Nah ketika masuk isu agama, barulah sangat berbahaya sekali. Nah ini mesti menjadi pelajaran bersama agar konflik serupa tak berulang,” pesan Ishaq yang juga dosen Sekolah Tinggi Teologi (STT) Indonesia timur ini.

Sementara Aswar menilai, persoalan kesenjangan sosial bisa pula menjadi pemicu percikan konflik di tengah masyarakat. Karena itu pemeritah harus bertindak adil, termasuk keadilan ekonomi dan politik.

“Tapi untuk insiden Tolikara, keadilan hukum yang paling mendesak. Terkait insiden Tolikara, pemerintah harus bertindak tegas. Jangan hanya pelaku di lapangan yang dihukum, tapi juga intelektual leader-nya,” tegas Aswar yang juga aktif di beberapa ormas Islam di Sulsel.

Menurutnya, ada tiga pendekatan yang harus dilakukan untuk mencegah berulangnya atau meluasnya insiden Tolikara. Pertama, pendekatan komunikasi politik. Tidak sebatas formal retorika, tapi harus sampai ke bawah. Kedua, pendekatan hukum harus tegas karena subtansinya rasa keadilan. (*/tribun-timur.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved