Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kolom Hati Dr Muammar Bakry Lc

Muraqabah: Diawasi Tuhan

salah satu golongan manusia yang mendapat naungan di hari kiamat yaitu orang yang diajak (digoda) perempuan cantik lagi kaya tapi ia menolak

Editor: Thamzil Thahir

MURAQABAH adalah menyadari bahwa Allah tidak terlindung baginya sesuatu apapun, menyadari bahwa Dia senantiasa mengawasi dan mengetahui semua makhlukNya. Ini makna dari salah satu namaNya yaitu Al-Raqib (Maha Mengawasi).

Aqidah yang benar bagi orang Muslim adalah tidak memikirkan zat dan keberadaan Allah swt. Allah Ada (Mawjud) tidak menempati suatu ruang, sebab Dia ada sebelum adanya tempat (makhluk), dan tetap Ada setelah hancurnya seluruh makhluk (tempat).

Karena itu, Dia tidak membutuhkan tempat dan makhluk sebab mustahil bagi Tuhan Qiyam li gayrih (membutuhkan selainNya). Memvisualisasikan Tuhan dalam pikiran dengan bentuk tubuh tertentu, atau menempatkan di suatu ruang sangat membahayakan aqidah Islamiyah.

Akal yang sangat terbatas tidak mampu mengidentifikasi wujud dan keberadaan Tuhan yang Maha tak terbatas. Jika ada yang sampai pada satu kesimpulan tentang Tuhan, maka dua kemungkinan yang bisa terjadi, pertama, dipastikan salah dalam menggambarkan Tuhan, dan kedua akalnya tidak lagi sehat (gila).

Akal tidak kuasa memikirkan yang Maha Kuasa, sehingga pesan Nabi pikirkan saja makhlukNya atau kekuasaanNya yang demikian besar. Ayat yang ada di dalam QS. Al-Hadid : 4 (Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.

Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan), sesungguhnya menjelaskan tentang pengawasan. Dalam QS. Ghafir : 19 juga demikian, Allah berfirman, (Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati).

Orang yang merasa dimuraqabah, imannya semakin kokoh dan merasakan nikmatnya iman. Keimanan yang kuat menjadi perisai baginya untuk tidak melakukan dosa, sebagaimana salah satu golongan manusia yang mendapat naungan di hari kiamat yaitu orang yang diajak (digoda) oleh perempuan cantik lagi kaya tapi ia menolak karena merasa dirinya diawasi oleh Allah swt.

Jika ada orang yang melakukan maksiat dalam keadaan sunyi tak ada orang yang melihat, tapi ia tetap yakin bahwa Tuhan menyaksikannya, maka ia berdosa bergantung pada tingkat maksiat yang dikerjakan. Namun jika ia melakukan maksiat, lalu meyakini bahwa Tuhan tidak melihatnya, maka ia telah menjadi kufur karena menganggap Tuhan tidak melihat, atau menganggap Tuhan tidak ada.

Orang yang merasa dimuraqabah, jika beribadah ia melakukannya dengan baik dan maksimal serta penuh keikhlasan, sebaliknya orang yang luput dari perasaan di-muraqabah, cenderung merasa bebas, tidak terikat oleh norma agama dan bisa menghalalkan berbagai cara untuk mewujudkan keinginan dan menuruti hawa nafsunya.

Suatu hari Umar bin Khatab ra melewati rumah yang di dalamnya ada dialog antara ibu dan putrinya. Sang ibu meminta anaknya mencampurkan susu dengan air agar menjadi banyak. Sang anak berkata, sesungguhnya Amirul Mukminin (Umar bin Khattab) melarang kita melakukan itu, sang ibu berkata, di mana Amirul Mukminin?

Ia tidak melihat kita. Sang anak kemudian berkata, tapi Allah melihat kita. Umar kemudian terkesima dengan akhlak anak gadis tersebut.

Tersebut dalam literatur syair Arab yang dilantunkan oleh seorang perempuan yang ditinggal pergi suaminya; ia bersya'ir di tengah malam yang sunyi, mengutarakan kegundahan hatinya karena merasa kesepian, ia berkata: Laqad Thala hazallaylu wa aswad janibuh wa la khalillun ulaibuh fawallahi lawla Allah tukhsya awaqibuh laharaka min hazassarir jawanibuh (Sungguh terasa panjang malam ini, dan terasa sunyi. Membuat hatiku gundah, tiada suami yang mencumbuiku. Demi Allah, sekiranya bukan karena takut kepadaNya. Pasti ranjang ini bergetar karena kemaksiatan).

Dari Ibnu Abas ra, berkata; pada suatu hari saya berada di belakang Nabi Muhammad SAW, lalu beliau berkata, "Wahai ghulam, peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya kamu dapati Allah selalu berada di hadapanmu." (HR. Tirmidzi).

Beberapa cara yang ditempuh untuk selalu merasa dimuraqabah, antara lain; menjaga iman dengan melakukan perenungan (muhasabah) terhadap kekuasaan Allah swt. Melatih diri dengan membiasakan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, mengingat dosa untuk menjadi bahan renungan pasca kehidupan di dunia. Memelihara lingkungan dan pergaulan yang bisa mengantar kita kepada hal-hal yang positif.

Puasa yang dilakukan pada siang hari menahan lapar dan haus, tidak makan dan tidak minum, menahan mata, mulut, tangan dan anggota tubuh lainnya dari dosa dan maksiat dilakukan semata karena merasa diawasi oleh Allah swt menjadikan puasa yang kita lakukan sebagai pemberi syafaat di akhirat. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rusuh

 

Rusuh

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved