Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

#Makassar Tidak Aman

Beberapa nitizen menulis harapan kepada pemkot Makassar untuk bisa menyelesaikan persoalan geng motor.

Editor: Aldy

Berawal dari kicauan saudara Faqih Faturrachmandi Facebook dan Path tanggal 16 Februari 2015 pukul 07.59 wita yang menampilkan kabar tentang musibah akibat perampokan oleh geng motor “Innalilahi wa innailahi rojiun Kmrn subuh pius ( koordinator PR Sedekah Awal Bulan/SAB ) Dirampok dan ditodong 3 org geng motor di dpn masjid HM asyik pettarani usai sholat subuh....”, kemudian diikuti dengan kicauan yang sama di twitter melalui akunt @thefaturrachman yang disertai dengan hesteg #MakassarHarusAman lalu di tweet ke @SupirPete2@lelakibugis, yang kemudian dirubah oleh Oppa Lebug @lelakibugis menjadi #MakassarTidakAman,
Hesteg ini sebenarnya mulai muncul pada tanggal 9 Februari 2015 pukul18.15, dengan akunt yang sama @lelakibugis“2 - 3 tahun lalu, pulang tengah malam jam berapa pun tak masalah. palingan masuk angin #MakassarTidakAman” yang kemudian dibuat akromin dengan singkatan Ma.Ti.Ma alias Makassar TIdak aMAn, namun baru mulai bergerak “tidak terkendali”sejak tanggal 15 februari dan akhirnya menjadi tranding topik Indonesia pada tanggal 16 Februari 2015, seperti yang diberitakan Tribun-timur.com melalui wartawannya Hasyim Arfah Senin, 16 Februari 2015 18:43 WIB. “Hastag #MakassarTidakAman menjadi trending topik di akun sosial Twitter, Senin (18/2/2015) pukul 18.05. Beberapa nitizen menulis harapan kepada pemkot Makassar untuk bisa menyelesaikan persoalan geng motor. Ada selang waktu sekitar 6-7 hari baru mampu menjadi tranding topik kerena tanggal 14 februari percakapan di sosialmedia khusunya twitter didominasi oleh peringatan hari Valentine.
Sampai tanggal 17 pukul 11.40 wita berdasarkan catatan wwcomm (lembaga sosial media monitoring) share of Netizen 5.927 (Banyaknya warga di sosial media yang mempercakapan #MakassarTidakAman) dan Share of Voice 8.894 (Banyak hesteg #MakassarTidakAman). Masih berdasarkan catatan wwcomm hesteg ini berada di urutan kedua jumlah percakapan di Makassar untuk tiga bulan terakhir sebelumnya ada #saveourPSM yang masih berada di urutan teratas untuk Makassar.
Beberapa di antara kita tentunya bertanya apa pengaruh tranding topikbagi kesaharian kita? adakah tindakan nyata dilapangan dari pembicaraan di sosialmedia atau justru akan berlalu begitu saja? Dan Jangan sampai tranding topik itu justru proses rekayasa dengan menggunakan mesin percakapan yang akhirnya menguntungkan pihak tertentu saja?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menjadi menarik, ditengah arus informasi yang begitu kencang khususnya di sosialmedia. Perlu kita pahami bersama, kekhwatiran publik atas informasi yang berkembang di sosial media sangat BERDASAR, karena banyak percakapan yang terjadi akhirnya menjadi “sampah”, cenderung bergerak menjadi fitnah dan kebenarnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Ada beberapa hal yang perlu kita pahami atas informasi dan tranding topik di sosialmedia, yang pertama, satu kasus atau masalah untuk menjadi tranding topik Indonesia tidaklah mudah. Setidaknya harus terjadi minimal 500-1.000 mention sehari dan terus meningkat sampai mencapai 5.000 mention. Namun ada juga kasus yang tidak membutuhkan waktu lama, hanyadalam seharian telah mampu mencapai 10.000 mention dan langsung menjadi tranding topik. Kasus seperti ini biasanya terjadi untuk #SaveKPK, #AbrahamSamad, dan #Jokowi.
Memang betul ada kasus-kasus yang menjadi tranding topik melalui proses rekayasa atau menggunakan mesin percakapan, namun biasanya kasus ini tidak mampu bertahan lamadi tranding topik, melalui fasilitas Sosialmedia Monitoring rekayasa untuk menjadi tranding topik akan sangat mudah untuk dideteksi, dan berbeda dengan tranding topik #saveKPK, #MakassarTidakAman dan #saveourPSM yang memang menjadi gerakan real masyakat, terus meningkat dan bertahan beberapa hari.
Kedua, keberadaan sosial media tidak bisa lepaskan dari media mainstream khususnya portal berita online semisal tribun-timur.com, masyarakat Indonesia masih “menganut paham” bahwa percakapan di sosialmedia biasanya masih rumor dan akan menjadi fakta ketika dimuat kembali di media meanstream (media cetak dan elektronik). Biasanya sosialmedia hanya menjadi pemicu atau penggerakan awal satu informasi dan selanjutnya akan menguat ketika muncul di media cetak dan elektronik.
Ketiga, dibutuhkan kepekaan dari pemerintah untuk cepat merespon kejadian-kejadian “luar biasa” di sosialmedia. Gerakan massa yang terjadi ketika dibiarkan cenderung akan menjadi gerakan massa real di lapangan seperti kasus revolusi negara-negara Arab yang berakhir pada penggulingan pemerintahan karena tidak ada respon cepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
Berkaca dari itu Pemerintah Kota Makassar harus cepat dan sigap mengatasi masalah gengmotor. Karena itulah yang menjadi pemicu utama dari gerakan #MakassarTidakAman. Kalau terus dibiarkan Efeknya akan lebih besar, orang yang berkunjung di Makassar akan berkurang, mereka sangat kwatir akan keselaman ketika berada di Makassar.(*)

Oleh;
Anwar Abugaza
Direktur WWCOMM

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved