Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ballo Makassar dalam Sejarah Australia

Dalam segi minuman keras, kadar alkohol dalam ballo lebih sedikit daripada minuman warga kulit putih.

Editor: Aldy

Ketika tim Ekspedisi Pelayaran Akademis (EPA) II di lepas di Dermaga Pangkalan Utama  Angkatan Laut (Lantamal) VI Makassar, pelayaran ini bukan hanya menyambung sejarah pencari teripang, tapi juga masuknya Islam di Australia, Selasa (11/10/2011). Pelayaran ini membuka perdebatan historis tentang ballo Makassar dalam sejarah Australia. Ballo bukan hanya sebagai minuman beralkohol, tapi juga dibawa dalam pelayaran sebagai bahan penyedap rasa, berupa ballo kacci (Makassar : cuka). Pengislaman Aborigin dirusak dalam fitnah orientalisme, dengan adanya ballo.
Hubungan minuman beralkohol, Makassar, dan Aborigin, diungkap Maggie Brady dalam Drug substances introduced by the Macassans: The mystery of the The real first fleet tobacco pipe yang merupakan bab sembilan dari buku Macassan History and Heritage (2013). Ketika armada pertama Kapten Arthur Philip berlabuh pada tahun 1778, juga sekaligus pertama kali memperkenalkan tembakau dan minuman beralkohol. Tapi bukan itu masalahnya, karena ada lagi ‘armada pertama’ dari perahu-perahu orang Makassar yang sudah melakukan pelayaran tahunan, sebelum kedatangan Philip (Burningham : 1994). Minuman yang dimaksud yakni ballo.
Tulisan Burningham berjudul Aboriginal nautical art: a record of the Macassans and the pearling industry in northern Australia (1994) dalam The Great Circle: Journal of the Australian Association for Maritime History menjadi pengakuan pertama bahwa orang Makassar lebih dulu tiba di Australia daripada Kapten Philip. Pengakuan kedua yakni orang Makassar yang memulai membawa tembakau dan minuman alkohol untuk orang Aborigin.
Ulasan Zorc RD dalam Yolngu-Matha Dictionary (1986), mengarahkan orang Makassar sebagai sumber pembawa drug substances berupa alkohol, tembakau, buah pinang (Areca catechu), dan mungkin opium. Untuk tembakau dan alkohol, orang Yolngu Aborigin dan Makassar sama-sama menyebutnya sebagai nganitji’ dan ‘ngarali’.
Arrack atau arak merupakan minuman alkohol yang diperkenalkan orang Makassar pada warga Yolngu atau dikenal sebagai ballo. Arak, rak, atau raki berasal dari bahasa Arab yakni araq yang berarti keringat. Menurut Brady, penamaan keringat sebagai arak, dihubungkan dengan tetes-tetes air yang keluar dari bagian tandan pohon tala, ketika dipotong untuk ditampung menjadi bahan pembuat Ballo.
AW Munawwir dalam Kamus Al-Munawwir (1997), mengartikan araq sebagai keringat/peluh. Tak ada arti araq yang berkaitan dengan khamar di kamus itu. Ballo menurut Alfred Russel Wallace (1823 –1913), oleh orang Makassar disebut sagueir, terbuat dari pohon tala (Arenga saccharifera). Sebutan saguer kini tetap terpakai di Palu, Sulawesi Tengah.
Menurut Wallace (1989) dalam The Malay Archipelago bahwa orang Makassar itu ‘nominal Mohammedans’ yang kurang dalam menjalankan perintah kewajiban agama. Nominal Mohammedans dalam istilah terkini berarti ‘Islam KTP’ atau hanya berislam sebagai penganut saja, sekadar mencukupkan diri sebagai penambah jumlah ummat Islam. Pandangan Wallace tentang orang Makassar yakni lax in their religious observance, atau “kurang dalam pemahaman atau pelaksanaan kewajiban agama.”
Kathleen Schwerdtner Máñez dan Sebastian CA Ferse (2010) dalam The History of Makassan Trepang Fishing and Trade mengatakan bahwa aktivitas pelaut-pelaut Makassar di Australia sudah terjadi sekurang-kurangnya pada tahun 1750 hingga berakhir pada tahun 1906/1907. Máñez dan Ferse mengutip dari Macknight, Sutherland, dan Boomgaard, bahwa pemerintah Australia Selatan memutuskan melarang penangkapan teripang dengan alasan melindungi warga Aborigin dari pengaruh buruk orang-orang Makassar yang mengimpor minuman keras.
Sebenarnya pelarangan itu yakni sebagai bentuk sentimen anti-Asia, Afrika, dan pendatang dari Pasifik. Dalam segi minuman keras, kadar alkohol dalam ballo lebih sedikit daripada minuman warga kulit putih. Orang Aborigin direcoki minuman berakohol tinggi, agar menghilangkan kesadaran melawan penjajah dari Barat, terutama ketika terjadi pemurtadan massif di awal abad 20.
Ernie Dingo anggota the Order of Australia, wargaAboriginyang mendapat penghargaan Elizabeth II, pada tahun 1990, tak setuju pada ulah rasis itu. Dingo menegaskan hal itu sebagai “sikap hipokrit warga kulit putih Australia yang menceramahi orang Aborigin tentang bahaya mengkonsumsi minuman keras”.
Beritawww.news.au.com berjudul Ernie Dingo blames whites for Aboriginal drinking, ia menuduh orang kulit putih penyebab Aborigin ketagihan minuman keras, Sabtu (12/12/2009). Dingo memberikan tekanan tentang siapa yang membuat orang Aborigin menjadi pecandu minuman beralkohol. “Lebih banyak pecandu alkohol kulit putih daripada orang-orang kulit hitam di negeri ini, sehingga jangan datang pada kami dengan pembatasan dan aturan hukum untuk Aborigin tentang alkohol. Masalah minuman keras pada Aborigin, karena orang kulit putih menjualnya pada kami.”
Orang Makassar dinyatakan sebagai pihak pertama yang memperkenalkan tembakau dan juga alkohol, tapi pada saat yang sama juga memberikan pasokan makanan, pisau, dan kapak (Macknight, 1976). Hal itu menjadi alasan pemerintah Australia, sehingga orang Makassar tak diizinkan memasuki perairan Australia, apalagi bertemu orang Aborigin. Pernyataan Dingo membuktikan bahwa orang Makassar tak bersalah atas sejarah kedatangan mereka. Ballo buatan Makassar, bukan itu yang membuat Aborigin menjadi pecandu minuman keras.
Ballo telah menjadi sumber dasar pemerintah Inggris untuk menyalahkan orang Makassar. Tuduhan bersalah terhadap orang Makassar masih terus berlanjut di tahun 2000-an, hingga akhirnya Dingo melakukan pembelaan terhadap suku bangsa yang dikaguminya itu. Kekaguman Dingo pada orang Makassar diperlihatkan pada pembukaan the Sydney 2000 Olympic Games.
Ketika itu Ernie Dingo, mengatakan bahwa olimpiade tersebut ditujukan untuk mengenang ‘ribuan tahun’ hubungan baik dengan orang Makassar. Bagi orang Aborigin, hubungan dengan orang Makassar itu durasi peristiwanya telah berlangsung ‘thousands of years’ bukan ‘hundreds of years’ (ratusan tahun).Erni Dingo atau lengkapnya Ernest Ashley Dingo merupakan aktor, presenter televisi, komedian, guru, dan promotor
Pelayaran EPA II adalah penyambung ribuan tahun persahabatan Aborigin dan Makassar, yang sengaja dirusak oleh pemerintah Inggris, hanya karena ballo. Reputasi Makassar yang pernah dirusak oleh fitnah sejarah, dibersihkan oleh Dingo. Enam anggota KORPALA-UNHAS yang berlayar ke Darwin yakni Guswan Gunawan, Lukman,Abdul Jalal, Akhmad, Fadli, dan Rusmin hanya penyuka ballo tanning yakni air dari tandan aren yang belum belum diolah menjadi minuman keras. Tak ada aroma minuman keras, ketika warga Aborigin menyambut mereka, sebagai keluarga sepersejarahan yang terfitnah.(*)

Oleh:
Ostaf al Mustafa
anggota KORPALA-UNHAS

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Manuver KPU RI

 

Taubat Politik

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved