Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mencoret Seragam Itu, Pemali?

Entah dari mana akar historis tradisi corat-coret seragam sekolah ini bermula

Editor: Aldy
Setelah dinanti di atas puncak-puncak kecemasan dalam harap yang sangat, akhirnya hasil Ujian Nasional (UN) resmi diumumkan, Jumat 24 Mei 2013. Dua macam ekspresi pun lahir sekaligus dalam wajah-wajah mereka menyambut pengumuman ini. Ada yang murung, sedih, dan bahkan histeris karena tidak lulus. Sebaliknya, ada pihak yang justru gembira terutama yang dinyatakan lulus.
    Pihak kedua inilah yang segera merayakan kelulusannya dengan berbagai kegiatan, mulai dari aksi memukau yang menghamparkan rasa haru hingga tindak anarkis yang membuat orang miris melihatnya. Seperti yang diberitakan Seruu.com, Di Banjarmasin sebanyak 305 siswa SMA merayakan kelulusan dengan bersujud dan mencuci kaki ibu yang dilaksanakan secara serentak di sekolahnya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah siswa agar tidak merayakan kelulusan dengan konvoi di jalan.
    Tindakan terpuji lainnya juga tampak pada kegiatan siswa SMAN Lhoknga, salah satu daerah Tsunami 2004 di Aceh, menyumbangkan baju seragam ke pihak sekolah untuk diberikan kepada siswa baru yang tidak mampu. Sumbangan baju seragam yang dimaksud, diserahkan secara langsung oleh siswa ke pihak sekolah, dan lagi-lagi hal ini dilakukan sebagai wujud pencegahan bakal terjadinya aksi mencoret baju seragam mereka.
    Dua contoh positif di atas, hanya merupakan sekelumit dari seribu satu cerita perilaku negatif pascapengumuman hasil UN yang seakan telah menjadi ritual rutin tahunan di Indonesia. Lihatlah bagaimana siswa-siswi yang melakukan konvoi dan melakukan tindakan tidak terpuji di jalan raya.
    Tengok pula mereka yang menggelar acara corat-coret pakaian seragam sekolah. Bahkan hal yang lebih memalukan lagi, yakni ada kalangan yang merayakan kelulusannya dengan melakukan acara mabuk-mabukan. Dari sekian banyak cara siswa merayakan kelulusannya, satu di antaranya yakni corat-coret baju seragam, akan dijadikan sebagai unit telaah dalam tulisan ini.
    Entah dari mana akar historis tradisi corat-coret seragam sekolah ini bermula, yang pasti bahwa seakan tidak afdal rasanya jika perayaan pascapengumuman UN tidak diiringi oleh aktivitas seperti ini. Akhirnya, kebiasaan yang dianggap lumrah oleh banyak kalangan ini, pun didukung oleh proses pembenaran secara legitimatif bersama argumentasi yang beragam.
    Bagi mereka yang berpikir simple, akan memandang bahwa aksi mencoret seragam sekolah dengan spidol maupun cat semprot ini sebagai wujud ekspresi kegembiraan dan luapan rasa senang sebagai kelompok anak muda.
    Dengan demikian, larangan terhadap perbuatan ini akan berhadapan dengan sikap pembelaan diri secara apologik bahwa panggilan jiwa muda merupakan rohnya sehingga permakluman atasnya adalah hal yang perlu dilakukan. Di sisi lain banyak pihak yang justru menganggap corat-coret ini, merupakan perbuatan yang tidak berguna.
    Betapa tidak, aksi ini bukanlah acara tunggal tapi memiliki serangkaian kegiatan hura-hura yang dapat merugikan siswa. Terjadilah ambivalensi pandangan yang memerlukan sentuhan pemikiran untuk meletakkan persoalan ini di atas bingkai rasionalitas.
Jasa Seragam
    Di atas pemikiran rasional itu, mari kita mencoba mendudukkan tradisi ini seraya mengelaborasi bersama dalam kaitannya dengan jasa sang seragam sekolah. Sudah lupakah anda betapa baju dan celana seragam itu telah berjasa besar mendampingi kalian (siswa-siswi) dalam berbagai hal?
     Tidakkah kalian ingat sudah berapa banyak waktu terlewati bersama seragam yang setia selalu mendampingi anda menuntut ilmu dan mengasah keterampilan? Lalu pantaskah di hari yang berbahagia itu, anda corat-coreti ia lalu kalian campakkan begitu saja?
    Pertanyaan lainnya yakni apakah kalian sudah lupa akan hari indah-indah selama menjalani studi di sekolah dan paket seragam itu adalah saksi bisu atas sejumlah suka maupun duka yang mengiringi perjuangan kalian?
    Mengenang masa-masa sekolah, idealnya tidak cukup hanya dengan buku diary atau opload status di facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya. Tapi seragam itu jauh lebih memiliki makna, karena di situlah salah satu simbol identitas anda yang membedakan pada komunitas dan jenjang pendidikan mana anda menuntut ilmu.
    Selain itu, seragam sekolah juga merupakan simbol kebersamaan bagi segenap insan yang menuntut ilmu pada satuan tingkat pendidikan tertentu. Simbol inilah yang mengintegrasikan kalian sebagai teman belajar dan sabahat dalam satu suasana persaudaraan dan kekeluargaan paling tidak tujuh hingga delapan jam setiap hari sekolah. Sungguh seragam itu mengandung nilai-nilai sejarah yang tak ternilai harganya.
Makna Simbolik
    Jika kita sepakat betapa di balik seragam itu menyimpan sejumlah makna simbolik dan seperangkat nilai serta mungkin mengandung berkah, maka pertanyaan menarik adalah pantaskah ia dicoreti? Dari pertanyaan inilah proses permenungan bersama, penting dilakukan dalam upaya menciptakan tindak penghargaan (bukan pemujaan) atas benda yang pernah berjasa pada kehidupan kita.
    Masih ingatkah betapa orang-orang tua kita zaman dulu, enggan menjual sepeda tuanya hanya karena pertimbangan bahwa benda itulah yang membawanya memiliki rezeki yang lumayan dan membuatnya hidup mapan?
    Anggapan ini juga berlaku untuk jenis benda lain, sehingga jangankan merusak, tidak menghiraukannya pun sudah dianggap berdosa dan dipercaya dapat mendatangkan kesialan dalam hidup. Bukan tidak mungkin mencoreti seragam sekolah, pun sebenarnya merupakan tindakan pemali yang terlarang dan memiliki efek tertentu jika melanggarnya.
    Andai seragam sekolah itu bisa bicara, mungkin ia akan marah dan tidak menerima jika ia dicoret setelah sekian lama digunakan. Bahkan boleh jadi ia akan menyumpahi orang-orang yang menodai dan merusaknya. Akhirnya, terlepas dari apakah benar atau tidak tindakan mencoret seragam itu pemali, tapi yang pasti bahwa menyimpan atau memberikannya kepada pihak-pihak yang membutuhkan akan jauh lebih memberi manfaat (berpahala) serta membawa berkah.***
 
Oleh;
Ahmadin
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Peneliti P2BSE Lemlit UNM
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved