40 Tahun Toyota di Indonesia
Asmalang Tak Semalang Otoyota Raksasa
"Asmalang, karena nasibnya yang malang. As yang paling menderita kalau otoyota raksasa pigi (pergi) ambil batu gunung,"
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Ridwan Putra

Daeng Jama (51) bersama istrinya, Erni dan kemenakannya, Wahyu di pekaranga rumah mereka di Dusun Kassi, Pangkep.
Rumah kebanyakan warga Kassi, masih semi permanen. Jika otoyota raksasa berbalut baja 4 mm hingga 6 mm, maka rumah kebanyakan dibungkus dengan seng alumunim setebal 1 mm. Di siang hari rumah ini menggerahkan. Di malam hari menghangatkan. Aktivitas penghuni lebih banyak di luar rumah. Pepohonan rindang justru menyejukkan.
Rumah Daeng Jama' berlantai dua. Bagian atas berbahan kayu dipadu seng alumunium, sedangkan bagian bawah berkonstruksi batu bata.
Satu unit mesin tua terbungkus terpal biru tua teronggok di sisi utara pintu rumah Daeng Jama. Sisanya potongan baja bodi truk. Mayoritas sudah berkarat. Di tiang atau sisi lowong rumah tergantung persenelan kopling tua, baut, mur, atau perangkat mobil berukuran raksasa. Kampas rem bekas mendominasi.
Terlihat berceceran, dan ditaruk sekenanya, tapi peralatan tua otoyota raksasa punya nilai keekonomian yang bagus dan mangkus. Jika ada peralatan yang rusak, bisa "dibarter" dengan supir truk lain.
Sekali atau dua kali setahun, pedagang besi atau barang rongsokan dari Makassar atau ibu kota kabupaten datang. Kebanyakan pedagang berlogat Jawa. Membawa mobil pikup bak terbuka, mereka membeli "sisa-sisa truk" atau rangka ban bekas. Meski sudah "gundul" atau untaian kawat bajanya sudah putus, ban berdiameter 90.00 atau 10-000, masih dihargai Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Jenis ini paling mudah dibayar oleh pemilik pabrik vulkanisir ban di Makassar.
Pemandangan di pekarangan rumah inilah pulalah yang menjelaskan, kenapa puluhan ban bekas truk ditata berjejer, hingga membentuk pagar pelindung pekarangan. Ban gundul di simpan di bahu jalan. Ban yang agak bagus dan masih bisa di-vulkanisir dan ber-velg baja di tata tak jauh dari dinding rumah.
Bagi keluarga di Kassi, nilai keekonomian barang itu bermanfaat di awal tahun ajaran baru pendidikan. Atau sekadar menambah uang jajan sekolah anaknya. "Uang semua itu Pak, apalagi kalau waktu penerimaan rapor anak sekolah seperti sekarang" kata Erni, istri Dg Jama, seraya menyapu pandangan ke pekarangan rumahnya.
Rumah Dg Jama adalah potret kediaman warga Desa Tonasa yang menggantungkan hidup dari otoyota raksasa. Selain rumah tinggal, kediama kada berfungsi garasi, dan bengkel pemeliharaan sederhana otoyota raksasa. Di kampung ini, ada sekitar 410 KK, dengan 365 rumah. Sekitar seperempat warganya bergantung dari petani kebun, buruh pabrik. Tapi sebagian besar justru dari mengantungkan hidup dari dan untuk otoyota raksasa.
"Kalau tidak salah 113 KK yang jadi sopir, atau karnet truk, raksasa. Ada yang Dyna atau 10 roda, tapi sedikit. Bisa dihitung jari," kata Andi Juhamri, mantan Ketua RW II, Kassi.
Kampung Kassi, berjarak 15 km tenggara Pangkajene, ibu kota kabupaten Pangkep. Dengan angkutan umum bisa ditempuh 30 menit. Pangkep sendiri berjarak 63 km sebelah timur Makassar. Kampung ini berada di celah cadas gugusan pegunungan batu kapur, material utama semen.
Batu gunung yang dipakai sebagai pondasi bangunan di beberapa kabupaten penyangga Kota Makassar , berasal dari lima dusun di Tonasa; Jennae, Mangemba, Sepe-sepe, Majennang, dan Kuari. Sekitar 2 km arah utara Kassi, ada Dusun Jennae. Ini adalah kampung penghasil batu gunung dan batu kapur.
"Sepertinya tak pernah habis-habis ini otoyota raksasa bawa batu gunung,' kata Cumming, pemilik bengkel las Nur, yang berada di poros jalan Kassi-Jennae.
Selain pengakut batu gunung, para pemilik truk di Kassi juga adalah transporter Semen Tonasa kantongan ke kabupaten yang di Sulsel. Aktivitas mengakut semen praktis terhenti pascatahun 1984, aktivitas pabrik Tonasa unit I dialihkan ke Unit II di Desa Siloro, Kecamatan Bungoro, Pangkep, -- sekitar 21 km sebelah tenggara Tonasa.
Oto Baru dari NV Hadji Kalla
Sekitar awal tahun 1980-an, saat masih jadi sopir , Like pernah menemani bosnya membeli seunit otoyota raksasa di dealer resmi Toyota di Makassar, NV Hadji Kalla. "Saya ingat betul saya bawa mobil baru itu dari Pasar Sentral (Jalan Cokroaminoto) ke Jalan Nusantara, pangkalannya bos, waktu itu Hadji Kalla masih hidup."
Hadji Kalla adalah bapak Jusuf Kalla, pendiri sekaligus diler pertama mobil Toyota di Indonesia timur. PT Bumi Karsa, perusahaan kontraktor nasional yang benaung di bawah Kalla Group, hingga kini masih memiliki banyak jenis DA-110 .
Saat menelusuri kata "Toyota Truk DA-110," search engine Google menemukan laman; http://www.lpjk.org/modules/2010/detail_registrasi_badan_usaha.php?action=Peralatan&ID_Badan_Usaha=37590&ID_Propinsi=20. Isinya data akuntasi PT Bumi Karsa.. Di laman ini, tercatat masih memiliki 28 unit otoyota raksasa. Sederhananya, ada 22 unit dump truck 8 Ton/110Hp Toyota DA 110 buatan 1979 hingga 192, dan 6 unit truk jenis tanki, pengakut air dan bahan bakar minyak kebutuhan internal.
Di awal akhir dekade 1970-an hingga pertengahan 1990-an, otoyota raksasa di Sulsel, masih mendominasi pasar truk. Mobil didatangkan dari Jakarta lalu ditata di kantir yang berdekatan dengan Kawasan Industri Makassar Semuanya dipasok NV Hadji Kalla. Showroom otoyota raksasa berada di Jl Perintis Kemerdekaan Km 17. Ini sekaligus kantor PT Bumi Karsa..
Tak ada data rinci dan valid soal populasi otoyota raksasa di Sulsel. Di jalur trans Sulawesi dan pelabuhan, dan pangkalan pabrik, mobil ini masih banyak melaju dengan suara khas. Diperkirakan jumlahnya, kini masih ada sekitar 2.500 unit yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Sulsel dan seratusan di 5 kabupaten di Sulawesi Barat.