Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dialog PPI Sulsel, Narasumber Ajak Ciptakan Situasi Damai Pasca Pemilu 2019

Hadir sebagai narasumber di antaranya, Dr Abdul Wahid (Staf Ahli Kapolda Sulsel Bidang Keagamaan), Dr Firdaus Muhammad (Pengamat Politik UINAM).

Penulis: Abdul Azis | Editor: Sudirman
tribun timur / abdul azis
Hadir sebagai narasumber dialog bertema 'Merajut kembali persatuan dan kesatuan sesama komponen bangsa pasca Pemilu 2019 di Warkop Dottoro, Kompleks Ruko Topaz, Jl Boulevard, Makassar, Sabtu (4/5/2019) di antaranya, Dr Abdul Wahid (Staf Ahli Kapolda Sulsel Bidang Keagamaan), Dr Firdaus Muhammad (Pengamat Politik UIN Alauddin Makassar) dan Ketua Perwalian Ummat Buddha Indonesia (WALUBI) Sulsel, Yongris Lao. 

 TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Poros Pemuda Indonesia (PPI) Sulsel, menggelar dialog kebangsaan bertemakan 'Merajut kembali persatuan dan kesatuan sesama komponen bangsa pasca Pemilu 2019 di Warkop Dottoro, Kompleks Ruko Topaz, Jl Boulevard, Makassar, Sabtu (4/5/2019) sore.

Hadir sebagai narasumber di antaranya, Dr Abdul Wahid (Staf Ahli Kapolda Sulsel Bidang Keagamaan), Dr Firdaus Muhammad (Pengamat Politik UINAM) dan Ketua Perwalian Ummat Buddha Indonesia (WALUBI) Sulsel, Yongris Lao.

Baca: Gas Elpiji 3 Kg Langka di Mamuju, Ini Dilakukan Wagub Sulbar

Baca: Raih Suara Terbanyak, Irfan AB Rebut Kursi Pimpinan DPRD Sulsel ?

Firdaus menyatakan, pasca Pemilu 2019, semua harus menciptakan suasana damai. Karena itu, iapun berharap agar ada upaya rekonsiliasi. Hanya saja, Firdaus mengaku belum melihat hal itu.

"Hari ini elit masih enggan melakukan hal yang demikian. Kita berharap kedepan ada upaya negosiasi untuk menghilangkan polarisasi para pendukung. Bulan ramadhan adalah momentum yang tepat memperbaiki kembali hububan silatutahmi yang renggang pasca Pilpres," kata Firdaus, Sabtu (4/5/2019).

Sementara Yongris Lao mengatakan, pemilu sudah selesai, perbedaan pilihan harus terlupakan dan saatnya hidup rukun. Ia berharap jangan membuang tenaga dan energi hanya untuk urusan tidak penting.

"Saatnya berfikir yang terbaik untuk bangsa minimal kita yang hadir menjadi agen-agen perdamaian. Kita yang hadir punya kepedulian untuk menyegarkan suasana yang damai dan rukun," katanya.

Sedangkan Abdul Wahid berharap, kedepan ada perbaikan sistem ketatanegaraan di Indonesia. Ia berharap Presiden cukup satu priode. Namun waktunya perlu ditambah.

"Ini agar tidak ada lagi istilah balas dendam bagi kompetitornya saat bersaing, juga terkait dengan tahap rekapitulasi suara jangan terlalu ribet, kita harapkan kedepan penyelenggara pemilu tidak lagi memakan korban yang banyak," katanya.

ilustrasi toko listrik
ilustrasi toko listrik (Sumber foto: Labib Zamani, Tribunsolo)

"Keberadaan TNI Polri harus menunjukkan dirinya sebagai lembaga yang tidak berafiliasi dengan paslon tertentu, jika ini mampu dihadirkan, maka isu apapun nanti tidak akan menjadi bias," jelasnya.(ziz)

Laporan Wartawan tribuntimur.com/ Abdul Azis Alimuddin

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:

Follow juga Instagram Tribun Timur:

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved