Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jauh dari Laut, Korban Tsunami Kelurahan Lere Palu Tolak Lokasi Hunian Tetap

"Kita juga pernah sekolah, jadi kita tahu sedikit itu bagaimana memindahkan penduduk," tegasnya.

Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Hasrul
Faiz/Tribun Palu
Tampak salah satu nelayan di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah, berjalan menuju pantai, Minggu (7/4/2019). Warga yang rumahnya hancur disapu tsunami beberapa bulan lalu menolak durelokasi jika lokasinya jauh dari laut. 

TRIBUNPALU.COM, PALU - Warga Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang rumahnya rusak disapu tsunami pada September 2018 silam, ternyata masih menolak untuk direlokasi.

Pasalnya, mereka menilai, lokasi yang disiapkan oleh pemerintah sangat menyulitkan bagi mereka yang mayoritas pekerjaannya sebagai nelayan.

Baca: Warga Palu Diminta Segera Lapor Polisi Jika Ada yang Ajak Golput

"Kami ini nelayan, hidup kami bergantung pada laut, kalau kita dijauhkan dari laut, kita mo bagaimana?," ujar salah satu warga Lere, Sarman Sabila kepada Tribunpalu.com, Senin (8/4/2019).

Sarman sendiri, rumah berserta isinya rata usai diterjang gelombang yang diperkirakan mencapai tinggi lebih dari 5 meter itu.

Kata Sarman, untuk memindahkan pemukiman warga, pemerintah mestinya juga melihat dari segi potensi di wilayah itu.

Baca: Tingkatkan Kemampuan Menulis, IAIN Palu Gelar Pelatihan Karya Ilmiah

Salah satunya Warga Jl Cumi-cumi, Kelurahan Lere, Palu Barat, yang masyarakatnya dominan bekerja sebagai nelayan.

"Saya dengar kita mau dipindahkan dekat Kampus Untad (Kelurahan Tondo), terus terang itu sangat menyusahkan kami," keluhnya.

Kalaupun harus berkebun, menurut Sarman, tanah yang menjadi lokasi hunian tetap itu gersang dan tidak bisa dijadikan lahan kebun.

"Kita juga pernah sekolah, jadi kita tahu sedikit itu bagaimana memindahkan penduduk," tegasnya.

Baca: Detik-detik Mama Rieta Kaget saat Amy Qanita Beri Kejutan Ultah,Sering Disebut Tak Akur dengan Besan

Senada dengan Sarman, Seorang IRT, Sartina, mengungkaokan penolakkannya terhadap rencana rekokasi itu.

Menurutnya, keputusan pemerintah dalam menetapkan lokasi hunian tetap bagi warga lere, hanya menambah penderutaannya sebagai korban.

"Kami menderita, jangan lagi ditanbah kita punya penderitaan," keluhnya.

Baca: VIDEO: Deklarasi Garda Flobamora NTT Sulsel untuk Jokowi-Maruf Amin

Sartina mengaku sangat mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi resiko bencana dengan menempatkan lokasi pemukiman yang aman.

Namun ia berharap, lokasinya bisa menjangkau pantai, karena sehariannya ia bekerja sebagai nelayan.

"Katanya dulu mau dicarikan solusi, tapi sampai sekarang tidak ada lagi pertemuan," pungkasnya. (Tribunpalu.com)

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:

Follow juga Instagram Tribun Timur:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved