Budaya Gotong-Royong 'Mappalette Bola' Masih Bisa Dilihat di Barukku Sidrap
Budaya Gotong Royong di tengah masyarakat semakin hari semakin langka. Namun di Barukku, hal itu masih mengakar sampai sekarang
Penulis: M haris syah | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan TribunSidrap.com M Haris Syah
TRIBUNSIDRAP.COM, PITU RIASE - Budaya Gotong Royong di tengah masyarakat semakin hari semakin langka. Namun di Barukku Kecamatan Pitu Riase sidrap, hal itu masih mengakar sampai sekarang.
Seperti yang terlihat saat proses pindah rumah di Kelurahan Batu Kecamatan Pitu Riase, Jumat (4/1/2019). Masyarakat setempat menyebut nya 'Mappalette Bola' atau 'Mappalele Bola'.
Warga beramai-ramai mengangkat rumah panggung kayu untuk dipindahkan ke lokasi baru pemiliknya. Mereka dikomandoi dan bergerak berdasarkan aba-aba satu orang.
Baca: IMPS Marioriawa Gotong Royong Bersihkan Puing Jembatan Gantung
Baca: Kejutan Bursa Transfer, Teco ke Bali United / Madura United, Rakic ke PSM, Persib, Persija, Arema?
Baca: Temui Danny, Kalapas Makassar Bawakan Roti Produk Warga Binaan
Baca: Dibackup Polda Sulsel, Timsus Polsek Rapocini Amankan Tiga Pelaku Begal
Baca: VIDEO : Tanggapan Pengunjung Soal Tarif Jembatan Kaca Patung Yesus Buntu BurakeTana Toraja
Baca: Sepekan Hujan Terus Turun di Pangkep, Dermaga Pangkajene Tergenang
Baca: Maia Estianty Bahas Soal Karma saat Ditanya Soal Kehidupan Ahmad Dhani Kini, Ini Videonya
Baca: Angin Kencang Terjang Sejumlah Pondok Wisata di Ammani Pinrang
Baca: Hotman Paris Gebrak Meja di Depan Chikita Meidy: Baru Kali ini Ada Tamu Menghina Hotman Paris
Baca: Video Gelombang Tinggi di Dermaga Pangkajene
Baca: Sumbangan Dana Kampanye Nihil, Dosen STAI Al Gazali: Sulit Dipercaya
Baca: Sumbangan Dana Kampanye Nihil, Dosen STAI Al Gazali: Sulit Dipercaya
Namun Sebelumnya, tiang-tiang rumah itu sudah diperkokoh dengan sambungan bambu. Bambu ini juga berfungsi untuk dipanggul warga yang mengangkat rumah.
"Satu... dua.... tiga..." demikian teriakan yang disambut gerak serentak pada hitungan ketiga.
Beratnya jangan ditanya lagi. Beberapa kali harus berhenti untuk melepas pegal. Jika ada yang tidak kuat, segera diganti oleh warga lainnya.
Akhirnya berkat gotong royong, rumah panggung yang terdiri dari 30 tiang, bisa dipindah beberapa ratus meter hanya dalam hitungan jam.
Dibayarkan mereka melakukan itu? Tentu saja tidak, meski warga sudah berpeluh keringat. Usai gotong royong, 'punna sara' alias pemilik rumah menjamu warga dengan teh dan kopi, aneka kue tradisional dan makan siang bersama. Kadang dilanjutkan dengan acara Barzanji pada malam hari, untuk mendoakan rumah terhindar dari malapetaka.
"Alhamdulillah disini budaya gotong royong masih kental. Sangat membantu sekali bagi warga yang punya hajatan apapun. Semuanya dikerja bersama," kata pemilik rumah, Jarah.
Uniknya, budaya gotong royong ini juga diikuti Sekcam Jemmy Harun, Kapolsek Pitu Riase AKP Sudirman, Lurah Batu Jamaluddin dan perangkat Kecamatan dan kelurahan batu.
Camat Pitu Riase, Abbas Aras mengatakan, tradisi gotong royong memindahkan rumah tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat Pitu Riase secara turun-temurun.
“Kita bisa lihat, secara spontan masyarakat datang membantu. Ratusan orang ikut mengangkat rumah. Penyampaian cuma melalui pengumuman di masjid dan secara spontan masyarakat datang beramai-ramai,” tandas Abbas.
Sekcam Kecamatan Pitu Riase, Jemmy Harun yang ikut membantu warga mengaku kagum dengan samangat gotong royong yang masih terjaga tersebut.
"Ini pemandangan yang paling menakjubkan selama saya bertugas disini. Saya sangat bangga bahwa di era seperti ini masih ada tempat yang semangat gotong royong dan ikatan kekeluargaannya masih sangat tinggi. Semoga ini terus terjaga," pungkasnya.