Dampak Gempa di Wajo, Air Sumur Jadi Keruh
Getaran yang diakibatkan oleh gempa tersebut dirasakan di beberapa wilayah, seperti di Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera dan Kecamatan Sajoanging.
Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan | Editor: Imam Wahyudi
Laporan wartawan TribunWajo.com, Hardiansyah Abdi Gunawan
TRIBUNWAJO.COM, WAJO - Kabupaten Wajo diguncang gempa sebanyak 3 kali pada Senin (17/12/2018).
Gempa tektonik tersebut terjadi pagi hari.
Sekitar pukul 06.06 WITA, gempa dengan kekuatan 4,2 SR membuat panik warga.
Setelah itu, dua gempa susulan kembali melanda dengan kekuatan lebih kecil dari gempat pertama.
Yakni pada pukul 06.09 WITA dengan kekuatan 3,2 SR dan pukul 06.14 WITA dengan kekuatan 2,1 SR.
Balai Besar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Pusat Gempa Regional (PGR) wilayah IV - Makassar mencatat gempa tersebut berpusat pada koordinat 3.75 LS-120.30 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 7 km utara Kecamtan Keera, atau di Desa Lompoloang, Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada kedalaman 10 km.
Getaran yang diakibatkan oleh gempa tersebut dirasakan di beberapa wilayah, seperti di Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera dan Kecamatan Sajoanging.
Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo mencatat, dampak kerusakan dari gempa tersebut tidaklah terlalu parah.
"Gempa berdampak kerusakan di Desa Lompo Bulo, Kecamatan Pitumpanua. Satu musala rusak sedang, sementara satu rumah warga rusak sedang," kata Koordinator TRC BPBD Kabupaten Wajo, Ardi Anugrah.
Selain itu, BPBD Kabupaten Wajo juga mendapatkan laporan dari warga terkait dampak gempa tersebut.
Air sumur warga menjadi keruh.
Sebelumnya, gempa tektonik tersebut diduga dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang berdekatan dengan pusat episenter.