Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Presiden Soekarno Tahu Penculikan G30S/PKI? Berikut Blak-blakan Wakil Komandan Tjakrabirawa

Sementara itu, pada 2 Oktober 1965, terkait peristiwa G30S/PKI, Presiden Soekarno telah memanggil semua

Editor: Edi Sumardi
Presiden RI pertama, Soekarno 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pada tanggal 1 Oktober 1965 siang hari, sesuai yang tertulis dalam buku bertajuk 'Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno' oleh Penerbit Buku Kompas 2014, seorang agen polisi, Sukitman, dalam keadaan bingung berada di depan kantor PENAS di Bay Pass, Jakarta Timur, ditemukan oleh Patroli Resimen Tjakrabirawa di bawah pimpinan Kapten Eko.

Patroli tersebut biasanya setiap pagi mengadakan kontrol di perumahan perwira di Pasar Rebo dan kembali siangnya melewati gedung PENAS yang berada di seputar Bandara Halim Perdanakusuma.

Sukitman dibawa ke markas Tjakrabirawa di sebelah Istana (sekarang gedung Bina Graha) untuk diperiksa dan diinterogasi.

Ternyata sewaktu penculikan para jenderal 1 Oktober 1965, dia sedang bertugas, dipaksa dan dibawa ke Lubang Buaya, yang akhirnya ditemukan oleh patroli Tjakrabirawa.

Pada 2 Oktober, Sukitman berikut hasil pemeriksaannya, sesuai prosedur diserahkan kepada Kodam V Jaya (Pangdam waktu itu adalah Mayjen Umar Wirahadikusuma).

Kodam V Jaya selanjutnya menyerahkan Sukitman kepada Kostrad.

Sementara itu, pada 2 Oktober 1965, terkait peristiwa G30S/PKI, Presiden Soekarno telah memanggil semua Panglima Angkatan Bersenjata bersama Waperdam II Leimena dan para pejabat penting lainnya dengan maksud segera menyelesaikan persoalan apa yang disebut Gerakan 30 September.

Tindakan Bung Karno itu merupakan langkah standar karena dirinya adalah selaku Panglima Tertinggi ABRI.

Baca: 8 Jenderal Mau Diculik di Malam G30/SPKI, tapi Brigjen Ahmad Soekendro Selamat, Siapa Dia?

“Pada tanggal 3 Oktober 1965 pagi, saya menghadap Presiden Soekarno, menyampaikan laporan tentang perkembangan terakhir termasuk penemuan seorang agen polisi,” kata Maulwi yang menjabat sebagai pengawal pribadi Bung Karno dan Wakil Komandan pasukan Tjakrabirawa.

“Presiden sedih sekali atas nasib para jenderal yang diculik, khususnya Jenderal Ahmad Yani, jenderal yang amat disayanginya. Karena nasib para jenderal dan seorang perwira pertama belum diketahui, Presiden memerintahkan saya untuk mencari tahu nasib mereka.”

Setelah mempelajari keterangan agen polisi Sukitman, Maulwi bersama Letnan Kolonel Ali Ebram dan Sersan Udara PGT Poniran menumpang Jip Toyota Nomor 2 berangkat menuju Halim Perdanakusuma.

Mereka terlebih dahulu melapor dan bertemu dengan Kolonel AU/PNB Tjokro, perwira piket Halim Perdanakusuma.

“Saya sampaikan maksud kedatangan saya” kata Maulwi.

“Kami dibantu seorang anggota TNI AU berpangkat letnan muda penerbang, mencari lokasi yang diceritakan oleh agen polisi tesebut.”

Jip Toyota selalu membawa satu set generator listrik berkekuatan 1 PK yang sewaktu-waktu dapat digunakan karena pada waktu itu arus listrik sering mati-hidup.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved