Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Diet Keto dan Sisi Negatifnya, Apakah Anda Mau Jalani?

Inilah yang menyebabkan tingginya peminat diet keto, yang menerapkan pola konsumsi tinggi lemak, namun rendah karbohidrat.

Editor: Edi Sumardi
DIETDOCTOR.COM
Diet keto. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Salah satu cara yang dipercaya ampuh untuk menurunkan berat badan adalah diet rendah karbohidrat.

Beberapa pakar kesehatan percaya mengurangi asupan kabohidrat dan meningkatkan asupan lemak adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan.

Inilah yang menyebabkan tingginya peminat diet keto, yang menerapkan pola konsumsi tinggi lemak, namun rendah karbohidrat.

Tubuh penganut diet keto akan mengalami proses ketosis yaitu pembakaran lemak untuk energi, yang mendorong penurunan berat badan.

Sayangnya, sebuah riset menemukan jika pola diet tersebut tak efektif untuk menurunkan berat badan.

Dikutip dari laman Men's Health, riset tersebut dilakukan oleh peneliti dari University of Aberdeen dan Chinese Academy of Sciences.

Baca: Sscn.bkn.go.id - Berikut Panduan Pendaftaran CPNS Hingga Nomor Harus Digunakan

Baca: Video Jenazah Imam Samudra Masih Utuh Adalah Hoax, Polisi Ungkap Fakta Sesungguhnya

Baca: Mengenal Nirbaya Tempat Imam Samudra Dieksekusi Mati, Warga Pun Tak Berani ke Situ

Baca: Bule Norwegia Nikahi Mahasiswi Asal Indonesia, Pihak Mempelai Pria Pun Bahkan Menangis

Riset dilakukan dengan subjek penelitian berupa tikus dalam waktu tiga bulan masa penelitian.

Hasil menunjukkan, tikus yang mengonsumsi makanan tinggi lemak mengalami kenaikan berat badan lebih besar daripada tikus yang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.

Bahkan, tikus yang mengonsumsi lebih banyak karbohirat tak mengalami penambahan berat badan sama sekali.

Menurut peneliti, mengonsumsi lemak adalah satu-satunya hal yang membuat berat badan tikus bertambah.

Selama 3 bulan, yang setara dengan 9 tahun masa manusia, John Speakman dari University of Aberdeen selaku pemimpin riset mempelajari bagaimana tikus merespon 30 pola diet yang berbeda.

Pola diet diberi variasi dalam hal kandungan lemak dan karbohidratnya.

Makanan tersebut disediakan untuk para hewan, sehigga mereka bisa makan kapan pun mereka suka dan sebanyak yang mereka inginkan.

Pada akhir 3 bulan masa riset, Speakman menemukan tikus yang diberi 50 hingga 60 persen makanan tinggi lemak memiliki berat badan tertinggi.

Ketika periset melihat struktur otak subjek penelitian, kata Speakman, peneliti menemukan gen yang mengontrol respon terhadap aktivitas menyenangkan seperti makan atau seks.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved