Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Diet Keto dan Sisi Negatifnya, Apakah Anda Mau Jalani?

Inilah yang menyebabkan tingginya peminat diet keto, yang menerapkan pola konsumsi tinggi lemak, namun rendah karbohidrat.

Editor: Edi Sumardi
DIETDOCTOR.COM
Diet keto. 

Gen tersebut diaktifkan ketika tikus mengonsumsi makanan tinggi lemak.

Namun, tidak ada stimulasi pada gen tersebut ketika tikus mengonsumsi makanan rendah karbohidrat.

Baca: KDI Akhirnya Angkat Bicara soal Iis Dahlia Usir Waode Sofia saat Audisi, Jadi Siapa Salah?

Baca: Begilah Cara Hotman Paris Dapatkan Uang dari Gibran Rakabuming Anak Presiden Jokowi

Baca: Profil Miss Grand Indonesia 2018 Nadia Purwoko: Tanggal Lahir, Prestasi, Orang Tua

Hasil riset ini memecah asumsi bahwa konsumsi lemak bisa membuat kenyang, membantu mengonsumsi lebih sedikit kalori secara keseluruhan.

Menurut Speakman, diet tinggi lemak justru memicu tikus untuk mengonsumsi lebih banyak kalori.

Menariknya, peneliti menemukan tikus yang menerapkan diet yang terdiri dari 80 persen lemak mengalami kenaikan bobot lebih rendah 15 persen daripada tikus yang menerapkan 50 hingga 60 persen diet lemak.

Meskipun diet keto menerapkan pola konsumsi 80 persen tinggi lemak, Speakman menyakini tikus yang melakukan diet lemak 80 persen tidak mengalami ketosis.

Ini disebabkan karena tikus tidak memerlukan banyak karbohidrat untuk energi.

Oleh karena itu, tikus tidak perlu memproduksi keton sebagai bahan bakar tubuh mereka.

Hasil menunjukan diet rendah karbohidrat dan konsumsi lemak yang sangat tingi, menyebabkan penurunan berat badan atau setidaknya menjaga berat badan.

Hal tersebut tentu memiliki hasil yang berbeda dibandingkan diet tinggi lemak dan rendah kabohirat dengan jumlah moderat.

Jadi, apa artinya ini bagi manusia?

Menurut Speakman dan Dr Konstantinos Spaniolas, Direktur Associate dari Stony Brook Metabolic and Bariatric Weight Loss Center di New York, hal ini jelas sangat rumit pada mekanisme tubuh manusia.

Penelitian Speakman ini mengunakan hewan sebagai subjek riset dan mungkin tidak memiliki implikasi sama sekali bagi manusia.

"Seringkali sangat sulit untuk menerjemahkan penelitian tikus kepada manusia," kata Spaniolas.

Namun, bagi Spaniolas tikus yang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat tidak mengalami kenaikan berat badan bukan hal yang mengejutkan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved