Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mitos Muharram – Warga Daerah Ini Yakin Nikah di Muharram Bawa Sial. Begini Penjelasan Ketua NU

Sebagian besar masyarakat menganggap bulan Muharram merupakan bulan yang panas sehingga berbagai acara besar urung dilakukan

Penulis: Reni Kamaruddin | Editor: Mansur AM
tribun-timur.com/lili
1 Muharram 1439 H 

TRIBUN-TIMUR.COM – Entah kebetulan atau tidak, Tahun Baru Islam 1439 Hijriah tahun ini bertepatan Kamis (21/9/2017) cuaca sedang panas.

( Baca: CPNS Kemenkumham 2017 - Hasil Tes SKD CAT CPNS Terbit, Unduh Di Website Resmi Ini )

Baru-baru ini rilis Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG)  mengenai cuaca panas bulan September ini. Terutama 22-23 September.

Yang jelas, masyarakat salah satu daerah di Sulawesi Selatan, tepatnya di Takalar, meyakini bahwa bulan Muharram merupakan bulan mendatangkan kesialan untuk acara pernikahan. 

( Baca: CPNS 2017 - Belum Daftar SSCN BKN? Masih Ada Waktu 5 Hari. Ini 9 Instansi Pelamar Terbanyak )

Ada masyarakatnya menganggap bulan Muharram merupakan bulan yang panas sehingga berbagai acara besar urung dilakukan.

Pemahaman atau mitos ini sudah jadi rahasia umum di tengah masyarakat di selatan Kota Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan.

Menanggapi mitos ini, Ketua Pengurus Cabang NU (PCNU) Takalar Hasid Hasan Palogai menilai anggapan itu merupakan kekeliruan pehamanan masyarakat.

Ketua MUI Takalar Hasid Hasan Palogai
Ketua MUI Takalar Hasid Hasan Palogai (Reni Kamaruddin/tribuntakalar.com)

"Terkait pemahaman masyarakat yang tidak mau menikah di bulan Muharram, maka tugas ulama dan para muballig sungguh berat bagaimana memberi pemahaman kepada ummat bahwa menikah di bulan Muharram bukan sesuatu yang haram," kata Hasid, Rabu (20/9/2017).

Dia menjelaskan, peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram adalah momentum hijrah Rasulullah Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.

Berpindah dari satu wilayah yang tidak kondusif untuk beraktifitas ke satu wilayah yang lebih kondusif.

Perpindahan lebih dominan karena stabilitas keamanan yang tidak kondusif.

Ketua MUI Takalar berharap, para penyuluh agama lebih berperan aktif dalam memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat terkait kekeliruan itu. Sehingga mitos-mitos seputar ‘hawa panas’ bulan Muharram tak lagi jadi pemahaman umum masyarakat.

Padahal Muharram dalam akidah Muslim salah satu bulan mulia karena ada puasa sunah Asyura. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved