opini
Penyebab Kecelakaan di Jalan Raya dan Perceraian Ternyata Ada Kesamaannya, Ini Penjelasannya
Sepenggal kesan dari Imam Utomo, mantan Gubernur Jawa Timur dua periode sekaligus mantan Pangdam Brawijaya saat ke Makassar.
Oleh: Munzil
Ketua Masyarakat Peduli Keselamatan Jalan Raya (MPKJR) Sulsel
Cerita 1. Beberapa waktu lalu, saya diminta tolong untuk mendampingi atau tepatnya membantu Pak Imam Utomo sewaktu akan melalukan perjalanan dari Makassar ke Jakarta melalui Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Sudah tentu permintaan teman yang tinggal di Surabaya itu dengan lantang saya jawab "Siap. Tak sulit,” kata saya.
Sehari sebelum hari H, saya dikirimkan SMS jadwal penerbangan mantan Gubernur Jawa Timur dua periode sekaligus mantan Pangdam Brawijaya itu.
Pukul 10.00 wita jadwal penerbangannya. Saya tidak perlu terburu-buru untuk duluan ke bandara gumam saya dalam hati.
Di pikiran saya, sebagai mantan petinngi tentu beliau tidak mau berlama-lama di ruang tunggu. ternyata saya salah besar.
Besok paginya pukul 06.30, saya ditelepon bahwasanya tepat pukul 7 pagi Pak Imam sudah akan tinggalkan hotel menuju bandara.
Tentu saya kelabakan. Terbayang beliau ke bandara paling cepat 07.30. Singkatnya, semua saya lakukan terburu buru.
Karena saya harus lebih dulu menunggu di bandara.
Seumur-umur berkendara di jalan ketika itu adalah salah satu rekor tercepat. Alhamdulillah saya tiba lebih cepat lima menit dari Pak Imam dan Ibu.
Untungnya saya sudah bisa menormalkan pernapasan saya. Akibat berlari dari areal parkir.
Sesaat setelah Pak Imam masuk ke ruang tunggu, sayapun sempat bercengkerama singkat dengan Pak Jarno (Demikian saya memanggilnya).
Beliau adalah kepala rumah tangga semasa Pak Imam menjabat Gubernur Jatim.
Menurut Pak Jarno, semasa beliau menjadi gubernur, belum sekalipun beliau telat tiba di bandara jika akan melakukan perjalanan.
Sangat disiplin pungkasnya. Pak Imam menurutnya tak ingin terburu-buru.