Ponpes An-Nahdhlah, Pesantren Unik yang Ada di Makassar
An-Nahdlah justeru menyebar para santrinya untuk bermukim di pemukiman warga yang ada di sekitaran pesantren
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Di Kota Makassar siapa yang tidak mengenal Pondok Pesantren An-Nahdhlah ? Pesantren yang telah melahirkan para da'i dan tokoh agama.
Salah satu alumninya adalah ustadz Nur Maulana, da'i kondang yang akrab dengan guyonan Jamaah oh Jamaah di stasiun televisi swasta Ibukota Jakarta.
Meski gelombang arus digital kian melambung di Kota Metropolitan ini, Ponpes An -Nahdhlah tetap kokoh melahirkan santri yang amanah dan santun.
Uniknya, pesantren yang seharusnya identik dengan kehidupan asrama, tak terlihat disini. An-Nahdlah justeru menyebar para santrinya untuk bermukim di pemukiman warga yang ada di sekitaran pesantren yang didirikan oleh AGH Muh Harisah AS itu.
Ada tantangan bagi para santri yang mengenyam pendidikan di pesantren tersebut, hal itu terlihat dari kondisi sosial yang berbanding terbalik dari kehidupan pesantren.
Saling sapa dengan Assalamualaikum di kawasan pesantren pun tidak. Mirisnya lagi, sejumlah perempuan memakai pakaian tidak sewajarnya (kelihatan auratnya), serta ada juga yang tidak memakai kerudung.
Sedangkan para pemuda, nampak ada yang memakai tatto, dan lalu lalang pengendara motor yang berbunyi bising.
Tempat berdirinya pesantren berada di pemukiman padat yang rawan akan terjadinya konflik antar kelompok para pemuda.
Saat Tribun menyambangi pesantren, yang berada di dalam Lorong VI a, Jl Tinumbu Dalam, Kelurahan Layang, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, sebagian ibu - ibu dan pemuda masing-masing melaksanakan kehidupannya.
Akses masuk ke pesantren itu berjarak sekitar 1 km dari Jl Tinumbu Dalam (jalan utama). Melalui gang atau lorong untuk sampai ke pesantren yang kini santrinya berjumlah 800 santri yang duduk dibangku Tsanawiyah dan Aliyah.
Layaknya macet total di jalan raya, lorong menuju pesantren ini dipadati rumah yang berbeda - beda bentuknya. Ada yang permanen, dan ada juga yang semi permanen.
Ruang gerak di lorong itu pun terbatas, pasalnya lebar lorong diperkirakan 4 meter saja, sehingga kendaraan yang bisa melintas hanya kendaraan roda tiga (bentor) ataupun roda dua motor.
Untungnya lorong itu telah dipasangi paving blok, dan drainase kecil, sehingga jika terjadi hujan pemukiman itu tidak digenangi air drainase.
Agar mudah ditemukan, pesantren ini memiliki penanda yakni papan reklame bertulis Pesantren An Nahdhlah bercat latar hijau dengan tulisan putih.