Perjuangan Siswa di Pedalaman Moncongan, Harus Jalan Kaki Berkilo-kilo ke Sekolah
Jalan kaki berkilo-kilo dengan kondisi jalan rusak dan berbatu. Itu jika cuaca masih bersahabat, tapi jika hujan, trek akan semakin berat akibat jalan
Penulis: Waode Nurmin | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur Wa Ode Nurmin
TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA- Lokasinya yang berjarak kurang lebih 10 Km dari ibu kota kecamatan Bungaya, membuat medan yang ditempuh untuk mencapai SD Inpres Moncongan dan SMPN 2 Bungaya Satap Moncongan tak mudah.
Butuh kesabaran dan tenaga yang ekstra. Kenapa? Sebab anda harus melalui medan yang berat.
Jangan berpikir dengan menggunakan motor anda akan tertolong. Justeru sebaliknya, karena lebih baik anda memilih jalan kaki.
Inilah yang dirasakan siswa dan murid yang bersekolah di Dusun Moncongan, Desa Bontomanai, Kecamatan Bungaya.

Jalan kaki berkilo-kilo dengan kondisi jalan rusak dan berbatu. Itu jika cuaca masih bersahabat, tapi jika hujan, trek akan semakin berat akibat jalanan becek.
Seperti yang dialami Rezki Amelia. Siswa kelas IX SMPN 2 Bungaya itu terpaksa menginap di rumah temannya karena jarak rumah dan sekolah sangat jauh. Apalagi mengingat harus melewati akses yang sangat berat.
"Saya menginap di rumahnya temanku. Karena jauh rumah ku," katanya saat ditemui ketika mengikuti ujian di SMPN 2 Bungaya Satap Moncongan.
Yah itulah sedikit gambaran tentang akses jalan ke sekolah pedalaman tersebut.

Terpencil dan berada didalam hutan. Ke sana anda membutuhkan waktu dua jam berjalan kaki. Dan sedikit lebih cepat jika menggunakan motor.
Tribungowa.com sempat mencoba jalur Poros Depa'-Moncongan melalui ibu kota kecamatan Sapaya. Dan pemandangan yang ada jauh dari kata mudah dan nyaman.
Berbatu gunung dengan lintasan setapak, menanjak dan menurun. Beberapa kali saya meminta turun dari motor yang membawaku pulang usai meliput upacara Hardiknas dan UN SMP.
Kata Satpol PP Pendidikan sekolah itu Abu Bakar, berjalan kaki akan lebih baik demi keselamatan. Dan saya mengakui ketika merasakan langsung.
Kursi tumpangan saya akan selalu bergoncang akibat jalanan yang tak rata. Kerah seragam pak Satpol pun tidak lepas dari pegangan saya. Jika seperti itu siapa yang memilih berjalan kaki saja. Dan akhirnya saya memang berjalan kaki kurang lebih sekilo.
Keberadaan roda empat juga tidak akan pernah terlihat kecuali mobil itu dimodifikasi khusus.