Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Keluarga Miskin Ini Tinggal di Hutan Tallu Bamba Enrekang, Bertahan Hidup Seperti 'Tarzan'

Untuk bisa mengunjunginya, membutuhkan waktu satu jam menggunakan sepeda motor, melewati jalan tani, tak beraspal yang dibuat warga.

Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Mahyuddin
Keluarga Miskin Ini Tinggal di Hutan Tallu Bamba Enrekang, Bertahan Hidup Seperti 'Tarzan' - warga-miskin-enrekang_20170326_185043.jpg
muh
Tangari (60) bersama keluarganya, tinggal di sebuah rumah kebun berukuran 4 x 6 meter di daerah yang disebut Rippi', Dusun Jalikko, Desa Tallu Bamba, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulsel.
Keluarga Miskin Ini Tinggal di Hutan Tallu Bamba Enrekang, Bertahan Hidup Seperti 'Tarzan' - warga-miskin-enrekang_20170326_214325.jpg
Muh Azis Albar/Tribunenrekang.com
Tangari (60) bersama keluarganya, tinggal di sebuah rumah kebun berukuran 4 x 6 meter di daerah yang disebut Rippi', Dusun Jalikko, Desa Tallu Bamba, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulsel.

Laporan Wartawan TribunEnrekang.com Muh Azis Albar

TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG - Tangari (60) bersama keluarganya, tinggal di sebuah rumah kebun berukuran 4 x 6 meter di daerah yang disebut Rippi', Dusun Jalikko, Desa Tallu Bamba, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulsel.

Rumah yang terdiri dari kayu lapuk itu berada di dalam hutan, sekitar 4-5 Km dari pemukiman penduduk.

Beberapa kayu lantai lantai dan dinding rumah itu sudah copot.

Tangari merawat empat ekor kambing di bawah kolong rumahnya.

Kambing itu merupakan pemberian warga beberapa tahun lalu.

Baca: Diprotes Warga Karena Cemari Lingkungan, PT Nindya-Sejahtera Malah Dapat Izin dari Pemkab Enrekang

Bau kotoran kambing begitu menyengat di dalam rumah Tangari.

Di tempat tersebut Tangari (60) dan keluarganya hidup menyendiri, jauh dari hiruk pikuk dunia luar selama berpuluh-puluh tahun

Untuk bisa mengunjunginya, membutuhkan waktu satu jam menggunakan sepeda motor, melewati jalan tani, tak beraspal yang dibuat warga.

Namun jika musim hujan, harus berjalan kaki selama dua jam, karena kondisi jalan yang tak memungkinkan untuk kendaraan.

Di daerah terpencil tersebut, Tangari (60) tinggal bersama istrinya, A'pan (45) dan dua orang anaknya, Iccung (6) dan Iccing (5).

Sementara tiga anaknya, Yemi (11), Hendra (9) dan Kasman (7), dimasukkan ke sebuah panti asuhan di Kota Maros.

Tangari (60) dan A'pan (45) keduanya menderita keterbelakangan mental dan juga buta aksara.

Sementara dua anaknya, Iccung (6) dan Iccing (5) kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved