Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PDIP Balas Ahmad Ali Usai Bahas Lansia Pimpin Partai, Kasus di KPK Diungkit

Ahmad Ali singgung mantan Presiden RI dengan usia lanjut namun masih aktif menjadi Ketua Umum partai.

Editor: Ansar
Kolase Tribun-timur.com
SALING SINDIR - Politikus DPP PDIP Guntur Romli dan Ketua Harian PSI, Ahmad Ali. PDIP balas sindiran Ahmad Ali soal mantan Presiden RI dengan usia lanjut namun masih aktif menjadi Ketua Umum partai. 

TRIBUN-TIMUR.COM - DPP Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) balas pernyataan keras Ketua Harian DPP PSI Ahmad Ali.

Ahmad Ali singgung mantan Presiden RI dengan usia lanjut namun masih aktif menjadi Ketua Umum partai.

Singgungan Ahmad Ali itu disampaikan Ahmad Ali saat membela adanya pihak yang tidak setuju jika Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) masih ikut campur atau cawe-cawe dalam urusan politik PSI.

Pernyataan Ahmad Ali itu juga diduga menyasar kepada Megawati Soekarnoputri yang kini masih Ketua Umum DPP PDIP.

Politikus DPP PDIP Guntur Romli menyatakan, kelakuan Ahmad Ali belakangan ini bentuk mencari perlindungan dari perkara hukum yang melibatkannya, di KPK.

"Publik juga belum amnesia, rumah Ahmad Ali digeledah KPK, Rp3,4 miliar disita, lengkap dengan tas dan jam mewah. Dengan situasi seperti itu, sangat mudah membaca kenapa hari ini ia menjadi pembela Jokowi paling vokal," kata Guntur Romli kepada Tribunnewscom, Senin (24/11/2025).

Romli lantas menduga, Ahmad Ali belakangan ini yang dengan keras membela Jokowi adalah sebagai cara bertahan hidup.

Jika memang itu yang dilakukan oleh Ahmad Ali, maka hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai bentuk loyalitas kepada Jokowi, melainkan hanya strategi semata.

"Itu bukan soal loyalitas—melainkan strategi bertahan hidup, mencari ruang yang terasa lebih aman secara politik," ucap Guntur Romli.

Hijrahnya Ahmad Ali dari NasDem ke PSI juga menurut Guntur Romli, mempertegas strategi untuk bertahan hidup tersebut. 

Pasalnya, di NasDem menurut dia, Ahmad Ali sudah kehilangan pengaruh dengan terbukti kalah dalam Pilkada Sulawesi Tengah di 2024 lalu.

"Di PSI ia langsung didudukkan sebagai Ketua Harian, sebuah panggung baru untuk memoles diri sekaligus menyerang siapa pun yang mengkritik Jokowi demi menunjukkan kesetiaannya. Publik pun tertawa kecil, karena ini bukan lompatan ideologis. Ini lompatan oportunis," tandas Romli.

 Ahmad Ali merasa tidak sepakat apabila ada pihak yang menilai kalau jokowi masih ikut campur soal urusan politik atau cawe-cawe usai tidak lagi menjadi Presiden RI.

Kata Ahmad Ali, apa yang dilakukan Jokowi belakangan ini adalah sah-sah saja.

Sebab di partai lain, masih ada tokoh senior yang juga mantan Presiden justru menjabat sebagai Ketua Umum Partai.

Hanya saja, Ahmad Ali tidak berbicara secara gamblang siapa tokoh yang dimaksud.

"Terus ketika dia, bicara politik, 'ya sudah waktunya beristirahat', Oh, ada nenek-nenek yang sudah puluhan tahun jadi Ketua Partai, sudah disuruh berhenti," ucap Ahmad Ali saat ditemui usai memberikan arahan dalam Rakorwil PSI Kepulauan Riau di Kota Batam, Minggu (23/11/2025).

Tak hanya itu, Ahmad Ali juga menyinggung adanya tokoh senior politik lainnya yang kini masih aktif sebagai petinggi partai padahal yang bersangkutan juga mantan Presiden.

Atas hal itu, Ahmad Ali berpandangan, penilaian cawe-cawe terhadap Jokowi yang beredar belakangan ini hanyalah bentuk ketidaksukaan atau ketakutan dari partai lain terhadap kemampuan Jokowi.

"Ada Bapak Presiden yang sekarang sudah 20 tahun juga tidak sudah disuruh berhenti. Apa sih takutnya Pak Jokowi ini? Bagi kami melihat Pak Jokowi, melihatnya itu hanya senyum-senyum saja," ucap dia.

Padahal kata Ahmad Ali, Jokowi bukanlah sosok yang lahir dari keluarga ningrat yang memiliki kekuatan atau privilege.

Oleh karenanya, PSI kata dia, menjadikan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai patron atau suri tauladan yang harus dicontoh.

"Pak Jokowi itu orang deso. Bukan keturunan. Bukan keturunan siapa-siapa. Nah itu lah kemudian diingatkan. Karena PSI itu menjadikan dia sebagai patron, kami ingin anak-anak Indonesia itu menjadikan dia, tidak perlu jadi anak ningrat kok. Tidak perlu lahir di piring emas. Anak-anak desa juga punya kesempatan, contohnya Jokowi," kata dia.

Hanya saja, Ahmad Ali menyayangkan soal sikap Jokowi yang cenderung pendiam dalam menyikapi tudingan-tudingan tersebut.

"Tapi Pak Jokowi kan gini, dia dihina, dimaki-maki, tapi ketika dia melawan, dia disuruh, ya sudah Pak Jokowi harus jadi negarawan, ya kan?" tandas Ahmad Ali.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved