Pertarungan Mardiono vs Agus Suparmanto, Penentu Arah Baru Kepemimpinan PPP

TRIBUN-TIMUR.COM – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kembali memasuki fase krusial menjelang Muktamar X. 

Pertarungan perebutan kursi Ketua Umum DPP PPP periode 2025–2030 kini mengerucut pada dua nama: Muhammad Mardiono, Plt Ketua Umum saat ini, dan Agus Suparmanto, politisi sekaligus mantan Menteri Perdagangan.

Dua figur ini mewakili dua kutub kekuatan politik berbeda di tubuh PPP.

Muhammad Mardiono datang dengan keunggulan sebagai petahana.

Statusnya sebagai Plt Ketua Umum memberinya akses luas pada struktur partai di tingkat pusat maupun daerah.

Dukungan nyata muncul dari DPW PPP Sulawesi Selatan, yang memastikan 40 suara dari 24 kabupaten/kota plus provinsi akan solid ke satu nama.

Baca juga: Imam Fauzan Sebut hanya 1 Nama Diusulkan PPP Sulsel Sebagai Calon Ketua Umum Partai Kabah

Meski Ketua DPW Imam Fauzan enggan menyebut terang-terangan nama Mardiono, sinyal dukungan terarah jelas.

“Intinya, siapa pun ketua umum nanti harus mengembalikan PPP ke DPR RI. Itu target utama kami,” kata Imam.

Kekuatan Mardiono terletak pada dukungan struktural dan konsolidasi daerah, sebuah faktor penting dalam mekanisme voting muktamar yang berbasis suara DPW dan DPC.

Di sisi lain, Agus Suparmanto tampil dengan dukungan kelompok santri yang dimotori oleh M. Romahurmuzy, mantan Ketua Umum PPP sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan DPP PPP.

Rommy, cicit KH Abdul Wahab Hasbullah (pendiri NU), secara terbuka mendeklarasikan dukungan penuh kepada Agus di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (15/9/2025). Dukungan ini melibatkan pengurus harian DPP, pimpinan majelis, badan otonom, hingga sejumlah DPW.

“Memberikan dukungan sepenuhnya kepada H. Agus Suparmanto sebagai calon Ketua Umum DPP PPP masa bakti 2025–2030,” tegas Rommy.

Agus mengusung narasi kembali ke akar santri dan tradisi NU, yang menjadi basis historis PPP. Dengan restu Rommy, Agus mencoba membangun jalur legitimasi moral sekaligus membuka ruang rekonsiliasi dengan kalangan pesantren.

Pertarungan ini bukan sekadar soal figur, melainkan benturan dua kekuatan besar dalam PPP: struktur partai yang pragmatis dan jejaring kultural santri yang ideologis.

Mardiono unggul dalam konsolidasi formal dan jaringan daerah.