Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makassar Kota Wisata Medis

Punya 52 Rumah Sakit, Makassar Bisa Saingi Malaysia Jadi Kota Wisata Medis

Seluruh pihak perlu berkolaborasi seperti Malaysia yang dikenal gencar mempromosikan paket medical dan wellness tourism.

Penulis: Rudi Salam | Editor: Sudirman
Didi Leonardo Manaba.
WISATA MEDIS - Ketua AsitaSulsel, Didi Leonardo Manaba. Asita Sulsel menilai Makassar mempunyai potensi jadi wisata medis (medical tourism). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulawesi Selatan (Sulsel), Didi Leonardo, menilai Makassar mempunyai potensi jadi wisata medis (medical tourism).

Namun dibutuhkan waktu dan koordinasi yang kuat dari berbagai pihak mematangkan wisata medis secara profesional.

“Kuncinya ada pada kolaborasi. Harus ada pertemuan dan komunikasi antara rumah sakit dan travel agent agar kami paham product knowledgenya,” katanya, saat dihubungi Tribun-Timur.com, Selasa (23/9/2025).

Seluruh pihak terkait perlu berkolaborasi seperti Malaysia yang dikenal gencar mempromosikan paket medical dan wellness tourism di berbagai kota besar Indonesia, termasuk Makassar

Bahkan promosi dilakukan intensif, bukan hanya sehari untuk langsung menjangkau masyarakat luas.

Baca juga: Selangor Tourism Tawarkan Wisata Medis dan Belanja, Astindo Sulsel Siap Buka Jalur Kerja Sama

Ia menilai promosi yang dilakukan negara tetangga itu sangat serius menjual potensi layanan medis dan wellness melalui paket-paket secara profesional. 

Sebab, mereka menggandeng rumah sakit ternama dan agen perjalanan di Indonesia untuk membidik pasar potensial. 

“Mereka menunjukkan keseriusan lewat promosi terencana dan sistem yang memudahkan masyarakat, termasuk layanan untuk pengecekan kesehatan hingga perawatan penyakit berat,” jelasnya.

Didi menilai Kota Daeng memiliki punya peluang serupa dengan Malaysia.

Apalagi ibukota provinsi Sulsel ini memiliki sekitar 52 rumah sakit, termasuk rumah sakit jaringan nasional seperti Siloam dan Primaya. 

Namun untuk mengembangkan wisata medis dan wellness secara profesional, menurutnya perlu tahapan.

“Jadi paket yang dijual bukan sekadar mencantumkan nama rumah sakit, tetapi sudah berupa pola perjalanan yang terintegrasi,” kata Didi.

Pasar domestik untuk layanan kesehatan di Indonesia Timur mulai tumbuh.

“Kita sudah melihat masyarakat dari Sulawesi dan sekitarnya datang ke Makassar untuk berobat atau cek kesehatan. Ini modal awal yang harus kita kelola dengan baik,” tambahnya.

Asita Sulsel pun mendorong adanya kolaborasi lintas asosiasi dan stakeholder untuk merancang kemasan promosi yang tepat sasaran. 

Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Yayasan RS Islam Faisal, HM Jusuf Kalla, berharap, Makassar menjadi kota perdagangan dan service dengan meniru cara Singapura dan Malaysia.

Menurutnya, kedua negara itu memulai layanan kesehatan yang kuat, sehingga diminati masyarakat Indonesia.

“Inilah harapan saya, semoga RS Faisal menjadi bagian dari upaya-upaya kita memajukan kesejahteraan masyarakat dan kota ini,” kata Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 itu, dalam peletakan batu pertama gedung baru RS Faisal di halaman RS Islam Faisal Jalan AP Pettarani, Makassar, Senin (22/9/2025).

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved