Taksi Listrik di Makassar
Taksi Listrik Green SM Hadir di Makassar, Bagaimana Tarifnya Dibanding Taksi Konvensional?
Green Smart Mobility (GSM) atau Green SM mengaspal di Kota Anging Mamiri dengan jumlah armada mencapai 200 unit.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sudirman
Laporan jurnalis Tribun-Timur.com, Kaswadi Anwar
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Persaingan transportasi berbasis aplikasi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), semakin sengit.
Terbaru, Green Smart Mobility (GSM) atau Green SM mengaspal di Kota Anging Mamiri dengan jumlah armada mencapai 200 unit menggunakan mobil listrik merek VinFast.
Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, meresmikan taksi listrik itu di Center Point of Indonesia (CPI), Makassar, Senin (15/9/2025).
Green SM dibawa ke Makassar melalui investor Vietnam bernama PT Xanh SM Green and Smart Mobility Indonesia.
Green SM kini masih menjadi pemain tunggal taksi mobil listrik di Makassar.
Baca juga: Perjalanan Mobil Listrik Vietnam VinFast Masuk Sulsel hingga Jadi Taksi Green SM di Makassar
Taksi Bosowa, Taksi Blue Bird, Gocar, dan Grab masih mengoperasikan taksi berbahan bakar minyak.
Berdasarkan penelitian Musu, Natalia, Caroles (2024) dalam Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, sekitar 15 persen penduduk Kota Makassar menggunakan layanan transportasi berbasis aplikasi setiap hari.
Sementara penggunaan angkutan umum tradisional (bus/angkot) menurut studi yang sama berada di bawah 5 persen.
Populasi pengguna layanan aplikasi di Makassar diperkirakan sekitar 652.127 orang.
Tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan transportasi aplikasi di Makassar, pada lima aspek (kemudahan mendapatkan layanan, kecepatan perjalanan, kenyamanan, kualitas pelayanan, dan harga), bernilai likert sekitar 3,79 dari skala 5 atau 75,91 persen.
Lebih Mahal
Dibanding dengan taksi konvesional ber-BBM, tarik taksi listrik dinilai lebih mahal karena harga armadanya.
Namun, jika mengacu menuju kota zero karbon maka sudah sangat sesuai.
“Masalah muncul seberapa besar tarif, apakah disamakan atau tidak? Perlu dilakukan kajian penetapan tarif,” kata Pengamat Transportasi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar saat dihubungi Tribun-Timur.com, Senin (15/9/2025).
Nur Syam menyebut, taksi listrik ini bisa bersaing dengan taksi konvensional di Makassar.
Terpenting sekarang diatur besaran tarif angkutannya.
Hal ini menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel karena kendaraannya berbasis online.
Penetapan tarifnya ada beberapa hal tidak bisa disamakan dengan tarif angkutan biasa.
Alasannya, tarif itu kerangka dasarnya pada nilai investasi melekat di jenis kendaraan. Kendaraan listrik harganya tiga kali lipat dari kendaraan biasa.
Kemudian perlu dipersiapkan infrastruktur pendukungnya mengingat angkutan umum selalu bergerak.
Baca juga: Green SM Luncurkan Taksi Listrik Pertama di Makassar, Dorong Kota Rendah Karbon
“Karena ini dikelola swasta, saya kira swasta jauh-jauh hari sudah persiapkan untuk itu, sehingga operasional tidak terganggu,” katanya.
Tambah Macet
Muncul kekhawatiran, kehadiran Green SM menambah kemacetan di Kota Makassar.
“Jadi kalau dilihat dari segi jumlah kendaraan beroperasi seperti itu pasti berpengaruh kepada kemacetan arus lalu lintas,” katanya.
Ia meminta agar ada pembatasan jumlah kendaraan berbasis aplikasi. Supaya tercipta persaingan sehat.
“Pembatasan disesuaikan dengan demand. Seberapa besar kebutuhan masyarakat mengenai angkutan umum,” imbaunya.
Lalu ada integrasi karena kendaraan berbasis aplikasi itu door to door.
Perlu pula pembagian zona. Pendistribusian jumlah kendaraan berdasarkan zona agar tak terjadi overload pada kawasan tertentu.
“Kapan terjadi overload, maka tingkat persaingan sangat tinggi. Persaingan tinggi, ujung-ujungnya konflik antaroperator,” kata Nur Syam.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.