Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

LPPM Unhas

Unhas Gelar Pelatihan OMSK Bagi Penyandang Disabilitas Netra di SLB Negeri 1 Parepare

peserta dilatih mempraktikkan situasi sehari-hari seperti mendaftar berobat di rumah sakit atau bertanya arah kampus, menyapa, hingga perkenalkan diri

|
Editor: AS Kambie
Courtesy: Andi Nurlela
PELATIHAN OMSK - Tim dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unhas bersama peserta Pelatihan Orientasi Mobilitas Sosial dan Komunikasi (OMSK) di SLB Negeri I Parepare, Sulawesi Selatan, Selasa, 16 September 2025. Pelatihan diikuti 20 siswa dan guru SLB Negeri 1 Parepare, alumni SLB, serta anggota DPD Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) Sulawesi Selatan. 

Oleh: Andi Nurlela

Koordinator Layanan Pusat Disabilitas Unhas/Dosen Fisipol Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM, PAREPARE - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin atau LPPM Unhas kembali menunjukkan komitmennya memperkuat pendidikan inklusif di Sulawesi Selatan. 

Komitmen perkuat pendidikan inklusi di Sulsel ditunjukkan melalui Pelatihan OMSK

OMSK adalah akronim dari Orientasi Mobilitas, Sosial, dan Komunikasi.

Pelatihan OMSK LPPM Unhas kali ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Parepare, Selasa, 19 September 2025.

Pelatihan berbasis teknologi dan desain teknik bagi penyandang disabilitas netra di SLB Negeri 1 Parepare diikuti 20 peserta.

Para peserta adalah siswa dan guru-guru SLB Negeri 1 Parepare, alumni SLB, serta anggota DPD Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) Sulawesi Selatan. 

Pelatihan ini menjadi pengalaman baru bagi sebagian besar peserta, sehingga antusiasme tampak sejak awal acara hingga sesi penutup. Mereka merasa kegiatan ini sangat bermanfaat karena memberikan keterampilan baru yang bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pelatihan OMSK ini merupakan hasil kerja sama antara tim pengabdian masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Fakultas Teknik Unhas, dan Pusat Disabilitas (Pusdis) Unhas bersama DPD PERTUNI Sulawesi Selatan. 

Kolaborasi lintas keilmuan ini menjadi kekuatan utama program karena memadukan pendekatan teknologi dengan perspektif sosial-budaya. 

Tim pengabdian dipimpin oleh Prof Ir Ardiaty Arief ST MTM PhD, Ketua Tim dari Teknik Elektro Unhas yang juga Koordinator Divisi Riset Pusdis Unhas.

Prof Ir Ardiaty Arief ST MTM PhD memimpin dosen dan relawan mahasiswa dari berbagai bidang dalam Pelatihan OMSK LPPM Unhas itu.

Sinergi ini memungkinkan peserta mendapatkan materi yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga berorientasi pada pemberdayaan sosial dan komunikasi efektif.

Acara ini dipandu oleh Andi Nurlela SSos MSi dari FISIP Unhas sekaligus Koordinator Layanan Pusat Disabilitas Unhas. 

Dalam pengantarnya, Andi Nurlela menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya Unhas menuju kampus inklusif dan pemberdayaan kelompok disabilitas. Ia menjelaskan bahwa pelatihan OMSK diselenggarakan atas dukungan penuh LPPM Unhas sebagai bentuk nyata implementasi tri dharma perguruan tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat. 

“Pelatihan OMSK ini kami selenggarakan atas dukungan LPPM Unhas. Program ini dirancang untuk memperkuat literasi inklusi dan mengubah paradigma masyarakat dari sikap kasihan menjadi sikap pemberdayaan. Kami ingin peserta tidak hanya memperoleh keterampilan teknis, tetapi juga rasa percaya diri untuk beraktivitas secara mandiri di sekolah maupun di ruang publik,” jelas Andi Nurlela.

Kegiatan dibuka Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Parepare, Faisal Syarif SPd MKes. 

Dalam sambutannya, Faisal Syarif menyampaikan apresiasi mendalam kepada Unhas yang memilih sekolahnya sebagai lokasi pengabdian. 

Menurut Faisal Syarif, SLB Negeri 1 Parepare merupakan satu-satunya sekolah luar biasa negeri di Kota Parepare dengan ragam layanan kebutuhan khusus. 

Makanya, Pelatihan OMSK berbasis teknologi dan desain teknik sangat penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dan guru dalam mendukung kemandirian anak-anak disabilitas. 

“Kami sangat berterima kasih kepada Universitas Hasanuddin yang telah memilih sekolah kami sebagai lokasi pengabdian. Ini adalah kesempatan penting bagi siswa kami untuk belajar keterampilan baru yang mendukung kemandirian mereka. Kami berharap pelatihan ini menjadi awal kerja sama berkelanjutan, tidak hanya bagi tunanetra tetapi juga bagi anak-anak autistik yang jumlahnya semakin meningkat,” jelas Faisal Syarif.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan bahwa pihaknya sedang mengupayakan revitalisasi ruang keterampilan dari pemerintah pusat dan terus mengembangkan model layanan ramah difabel bekerja sama dengan berbagai instansi di Kota Parepare.

Usai pembukaan, tim pengabdian menyerahkan cenderamata kepada Kepala Sekolah dan DPD PERTUNI sebagai simbol apresiasi dan terima kasih atas dukungan penuh terhadap pelaksanaan program ini. Momen pemberian cenderamata ini berlangsung hangat dan menjadi tanda resmi dimulainya rangkaian kegiatan pelatihan OMSK.

Setelah pembukaan, Ida Arianti Said, Koordinator Kerelawanan Pusat Disabilitas Unhas, untuk memberikan gambaran mengenai layanan Pusat Disabilitas Unhas sekaligus sosialisasi jalur afirmasi mahasiswa disabilitas. 

Dalam paparannya, Ida menjelaskan sejarah berdirinya Pusat Disabilitas Unhas sejak 2023 serta berbagai layanan yang diberikan kepada mahasiswa disabilitas, mulai dari penyediaan relawan pendamping, advokasi aksesibilitas, hingga pelatihan soft skills.

Ida Arianti Said juga menekankan bahwa Unhas menerima mahasiswa disabilitas tidak hanya melalui jalur afirmasi tetapi juga jalur umum dan mandiri, sehingga membuka peluang yang luas bagi lulusan SLB.

Informasi ini disambut antusias oleh guru dan siswa SLB yang tertarik melanjutkan pendidikan tinggi ke perguruan tinggi inklusif. Sosialisasi ini menjadi penting karena membuka wawasan peserta tentang peluang pendidikan yang ramah bagi penyandang disabilitas di tingkat perguruan tinggi.

Untuk memastikan efektivitas program, tim pengabdian melakukan pre-test sebelum hari pelaksanaan dan post-test setelah kegiatan.

Pre-test digunakan untuk memetakan pengetahuan dan keterampilan dasar peserta sebelum mengikuti pelatihan, sedangkan post-test bertujuan menilai peningkatan kemampuan mereka setelah mendapatkan materi.

Hasil awal menunjukkan bahwa peserta belum pernah mendapatkan pelatihan OMSK sebelumnya dan merasa senang karena memperoleh keterampilan baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Evaluasi ini juga membantu tim mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti materi.

Memasuki sesi materi, materi pertama disampaikan oleh Nabila May Sweetha, wakil sekertaris Pusdis Unhas, yang mengulas orientasi sosial dan komunikasi.

Sesi ini bertujuan membekali peserta keterampilan dasar dalam berinteraksi di ruang publik. Nabila menjelaskan cara menyapa orang baru, memperkenalkan diri, menjelaskan kondisi mereka, dan meminta bantuan secara sopan.

Melalui simulasi role play, peserta diajak mempraktikkan situasi sehari-hari seperti mendaftar berobat di rumah sakit atau bertanya arah di kampus.

Mereka juga diajarkan pentingnya mengarahkan wajah ke arah lawan bicara dan menggunakan bahasa yang tepat untuk membangun percakapan yang nyaman. 

Guru pendamping yang ikut serta dalam pelatihan ini juga mendapat tips agar dapat mendukung proses interaksi siswanya sehingga lebih percaya diri saat berkomunikasi dengan masyarakat umum. Sesi ini menjadi dasar penting bagi peserta untuk memahami bahwa komunikasi yang baik adalah kunci kemandirian dan penerimaan sosial.

Setelah peserta memahami orientasi sosial dan komunikasi, kegiatan berlanjut ke materi kedua yang dibawakan oleh Yoga Indar Dewa, Ketua DPD PERTUNI Sulawesi Selatan sekaligus mahasiswa Unhas penyandang disabilitas netra.

Yoga membawakan materi orientasi dan mobilitas, mulai dari cara mengenali lingkungan sekitar, penggunaan tongkat putih dengan teknik sweeping dan tapping, hingga pemanfaatan peta timbul dan mental mapping untuk mempermudah navigasi ruang baru.

Dalam sesi ini, Yoga juga mengajarkan teknik upper hand protection dan lower hand protection. Upper hand protection adalah teknik melindungi bagian atas tubuh – terutama wajah dan dada – dengan mengangkat tangan non-dominan setinggi bahu untuk mendeteksi benda-benda yang menggantung atau menonjol.

Sedangkan lower hand protectiondigunakan untuk melindungi area perut dan bagian bawah tubuh dengan meletakkan tangan non-dominan di depan pinggang untuk menyentuh dan mendeteksi rintangan rendah.

Yoga memaparkan materi ini dengan gaya inspiratif. Ia bercerita tentang pengalamannya bepergian sendiri ke bandara, terminal, dan kampus dengan mengandalkan keterampilan orientasi dan mobilitas yang terlatih. Cerita ini memotivasi peserta untuk berani mandiri dan percaya bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi pencapaian mereka.

Setelah mengikuti materi-materi tersebut, peserta memasuki sesi praktik lapangan yang menjadi puncak pelatihan.

Dalam sesi ini, peserta diajak berkeliling area sekolah untuk mempelajari langsung jalur pemandu atau guiding block – ubin bergaris-garis timbul yang menunjukkan arah pergerakan lurus – dan ubin tanda bulat yang berfungsi sebagai peringatan adanya persimpangan, tangga, atau perubahan kondisi lingkungan. 

Peserta berlatih mengikuti jalur pemandu dengan tongkat serta berhenti sejenak saat menemukan tanda bulat untuk mengevaluasi arah berikutnya.

Sesi ini dipandu oleh tim pengabdian dan relawan mahasiswa sehingga setiap peserta mendapat pendampingan langsung. Peserta juga mempraktikkan teknik upper hand dan lower hand protectionyang sebelumnya telah diajarkan Yoga.

Menurut hasil pre-test dan post-test, mayoritas peserta mengaku belum pernah mendapatkan pelatihan OMSK sebelumnya dan merasa sangat senang dengan pengalaman baru ini karena dapat meningkatkan keterampilan praktis mereka dalam orientasi dan mobilitas.

Suasana pelatihan terasa hidup dan interaktif. Tim Pengabdian Masyarakat mengajak peserta berinteraksi dengan tepuk tangan berirama dan yel-yel motivasi untuk menjaga fokus.

Praktik-praktik sederhana seperti menyentuh bagian bawah kursi untuk memastikan ada orang di sebelah atau mendengarkan suara gerakan ponsel menjadi contoh nyata keterampilan orientasi yang bisa dilatih sejak dini.

Permainan mengenali aroma rempah juga menjadi pengalaman baru bagi peserta untuk menajamkan indera penciuman sebagai penunjang mobilitas. Semua ini dilakukan dalam suasana yang menyenangkan sehingga peserta tidak hanya belajar tetapi juga menikmati proses pelatihan.

Banyak guru dan alumni SLB yang ikut menyatakan bahwa metode ini membuka wawasan baru tentang bagaimana cara mendampingi penyandang disabilitas netra agar lebih percaya diri dalam kegiatan sehari-hari.

Menutup acara, Kepala Sekolah Faisal Syarif kembali menyampaikan terima kasih kepada tim pengabdian Unhas. Ia menegaskan pentingnya pelatihan ini bagi guru dan siswa sebagai bekal kemandirian.

Faisal berharap ke depan Unhas dapat memperluas program pengabdian tidak hanya pada disabilitas netra, tetapi juga anak autistik yang jumlahnya semakin meningkat. Ia juga memaparkan bahwa sekolahnya sedang mendapat bantuan revitalisasi ruang keterampilan dari pemerintah pusat dan sedang mengembangkan model layanan ramah difabel bekerja sama dengan berbagai instansi di Kota Parepare.

Tim pengabdian sendiri berkomitmen untuk menindaklanjuti program ini melalui evaluasi, publikasi ilmiah, dan kemungkinan pelatihan lanjutan di SLB lain di Sulawesi Selatan.

Di akhir kegiatan, beberapa peserta menyampaikan kesan mereka. Seorang alumni SLB mengatakan bahwa ini pertama kalinya ia belajar teknik upper hand dan lower hand protectionsecara langsung dan merasa lebih percaya diri berjalan di tempat baru. Salah satu siswa kelas atas mengungkapkan kegembiraannya karena dapat mempraktikkan cara mengikuti guiding block dan tanda bulat sehingga ia tidak lagi takut tersesat di sekolah.

Anggota PERTUNI yang ikut serta juga menyatakan pelatihan ini membuka wawasan baru tentang pentingnya komunikasi sosial yang efektif bagi penyandang disabilitas netra. Kesan-kesan positif ini menunjukkan bahwa pelatihan OMSK tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga pengalaman emosional yang menguatkan rasa percaya diri dan semangat kemandirian peserta.

Pelatihan OMSK di SLB Negeri 1 Parepare menunjukkan bahwa keterampilan orientasi, mobilitas, sosial, dan komunikasi adalah fondasi penting bagi kemandirian penyandang disabilitas netra.

Dengan dukungan teknologi, pendekatan sosial-budaya, dan kolaborasi lintas sektor termasuk kerja sama FISIP, Fakultas Teknik, Pusat Disabilitas Unhas, dan DPD PERTUNI, serta dukungan LPPM Unhas,penyandang disabilitas dapat lebih berdaya, mandiri, dan setara dalam mengakses pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. 

Inisiatif ini sejalan dengan visi Unhas sebagai kampus inklusif dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pendidikan berkualitas dan pengurangan ketimpangan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved