Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bukit Cempalagi, Jejak Sejarah Perjuangan Arung Palakka yang Membekas di Tanah Bone

Masyarakat menyebutnya sebagai prasasti alami, yang diyakini muncul dari luapan kemarahan dan tekad Arung Palakka.

Penulis: Wahdaniar | Editor: Saldy Irawan
ISTIMEWA
TRIBUN TRAVEL- Potret Wakil Bupati Bone, Andi Akmal Pasluddin saat mengunjungi objek wisata Bukit Cempalagi (21/9/2025). Cuma bayar Rp5 ribu pengunjung bisa menyusuri jejak sejarah Arung Palakka 

TRIBUN-TIMUR.COM - Terletak di Dusun Cempalagi, Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Bukit Cempalagi menyimpan kisah perjuangan heroik Raja Bone ke-15, Arung Palakka

Bukit ini diyakini sebagai tempat persembunyian sang raja saat dikejar oleh pasukan kerajaan lain, sebelum akhirnya melarikan diri ke Buton, Sulawesi Tenggara.

Di tempat inilah, menurut kisah turun-temurun masyarakat setempat, Arung Palakka mengucapkan sumpah keramat untuk membebaskan rakyat Bone dari belenggu penjajahan.

Tekad yang kuat itu menjadi awal dari perjuangan panjang yang kelak mengubah sejarah Bugis.

Hingga kini, berbagai peninggalan alami masih ditemukan di kawasan Bukit Cempalagi, dipercaya sebagai bukti fisik dari peristiwa bersejarah tersebut. 

Masyarakat menyebutnya sebagai prasasti alami, yang diyakini muncul dari luapan kemarahan dan tekad Arung Palakka.

Beberapa di antaranya Akkarebbeseng, yaitu bekas cakaran tangan yang terukir di dinding Gua Lama sebelum mencapai Sumur Jodoh.

Attuddukeng, berupa jejak hentakan tumit di kaki bukit sebelah timur.

Assingkerukeng, simpul batu yang ditemukan di Gua Janci di sisi utara bukit.

Uniknya, bekas telapak kaki yang ditemukan di sekitar lokasi ini berukuran jauh lebih besar dari kaki manusia biasa.

Sementara simbol simpul (singkeru) dalam tradisi Bugis melambangkan kesungguhan dan keteguhan sumpah, menjadikannya simbol yang sarat makna.

Tak hanya menyimpan nilai sejarah, Bukit Cempalagi juga menyuguhkan keindahan alam dan gua-gua yang memikat. 

Salah satunya adalah Goa Mimpi, yang dulunya dihiasi lampu warna-warni sehingga menciptakan suasana magis di dalamnya. 

Namun kini, lampu-lampu tersebut telah padam karena kurangnya perawatan. 

Meskipun begitu, minat pengunjung tetap tinggi.

Harga tiket masuk tergolong sangat terjangkau, yakni Rp5.000 per orang, dengan biaya parkir Rp2.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil.

Wakil Bupati Bone, Andi Akmal Pasluddin, yang mengunjungi lokasi usai peringatan Maulid Nabi, mengaku terkesan bisa menyaksikan langsung jejak perjuangan sang pahlawan.

“Alhamdulillah, setelah melaksanakan Maulid, kami juga berkesempatan mengunjungi situs-situs bersejarah seperti Gua Janji dan Assingkerukeng. Saya berharap sejarah ini dikenal luas oleh generasi muda, sekaligus menjadi destinasi wisata sejarah unggulan Bone,” ungkapnya, Minggu (21/9/2025).

Seorang pengunjung, Irwan (43), juga menyampaikan kekagumannya. Namun ia berharap pemerintah lebih memperhatikan pemeliharaan tempat ini.

“Tempatnya luar biasa, cuma sayang lampu-lampu di Goa Mimpi sudah mati. Kalau dirawat lagi, saya yakin Bukit Cempalagi bisa jadi destinasi andalan Bone,” ujarnya.

Untuk mencapai Bukit Cempalagi, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Watampone, dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Kini, Bukit Cempalagi bukan sekadar bukit biasa.

Ia adalah saksi bisu dari tekad besar seorang raja, serta pengingat bagi generasi muda akan pentingnya semangat perjuangan, kemerdekaan, dan cinta tanah air.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved